https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Biar Target EBT Tercapai, Jangan Saling Ego

Biar Target EBT Tercapai, Jangan Saling Ego

Ketua Umum DPP Apkasindo, DR (c) Gulat Medali Emas Manurung saat didapuk jadi penanggap. Foto: Ist


Jakarta, elaeis.co - Keinginan Indonesia untuk bisa menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) masih tergolong minim. Target 23% yang dipatok oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2025, baru kesampaian 10,9% pada 2020. 

Padahal 2050, target penggunaan EBT itu justru sudah harus di angka 31%. Inilah yang membikin Menteri ESDM, Arifin Tasrif, terkesan galau. 

"Indonesia masih tetap mengandalkan energi fosil; minyak bumi, batubara dan gas. Padahal negara lain seperti Eropa dan Jepang terus meningkatkan penggunaan EBT nya," kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif pada Dialog Nasional bertemakan; Sustainable Energy: Green and Clean, di Jakarta, kemarin.       

"Lantaran itu, kita harus bisa mencapai target itu, Indonesia penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di Dunia, lho,"katanya. 

Bagi Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), DR (c) Gulat Medali Emas Manurung, target EBT 23% di tahun 2025, masih terlampau kecil. 

Itu jika dibandingkan dengan ketersediaan bahan baku CPO yang besar. Belum lagi sawit rakyat saat ini sudah berangsur membaik oleh program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang digagas oleh Presiden Jokowi.  

Saat ini kata Gulat, petani sawit yang terlibat PSR, sudah masuk ke generasi kedua. Penggantian tanaman tua sangat membantu mendongkrak produksi sawit petani. 

"Sebab kami menanam pakai benih unggul dan sudah mampu menerapkan Best Management Practices (BMP) dan Good Agricultural Practices (GAP)," ujar lelaki 48 tahun ini saat didapuk menjadi penanggap dalam dialog yang dihadiri oleh sederet pembicara seperti; Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto dan Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo itu.

Nah, program PSR tadi kata Gulat musti diikuti oleh penyerapan dalam negeri. Kalau tidak diikuti oleh kemandirian EBT, program PSR itu malah akan jadi blunder.

"Sebab setelah replanting, produksi sawit petani akan meningkat tiga sampai empat 4 kali lipat. Dari yang tadinya 800 kg perbulan, bisa menjadi 3 ton-4 ton perbulan. Kalau tidak disertai dengan dukungan green energy, akan sangat berdampak pada petani. Itulah makanya saya bilang tadi, bahwa petani sawit musti ikut dalam rantai pasok EBT itu. Petani sawit musti dilibatkan dalam hilirisasi Tandan Buah Segar (TBS)," katanya.  

Untuk itu semua kata Gulat, kuncinya ada pada paduserasi semua lini, khususnya ekonomi, sosial dan lingkungan. 

"Ketiganya musti didukung oleh keinginan politik yang sama. Kalau ego yang selalu ditonjolkan, saling jegal, kita enggak akan pernah bisa menghasilkan capaian lebih tinggi. Kami petani sangat siap mendukung capaian lebih tinggi itu," tegasnya.

Soal teknis lain kata Gulat, Indonesia sudah punya semua. Sudah ada katalis merah putih yang bisa membikin green solar, bensin bahkan avtur. "Bahan baku kita jelas, kita menanam, dampaknya jelas dan multiplier efeknya juga jelas," katanya. 


BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :