https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Bersama BPDP dan Ditjenbun, BPI Ajak 154 Petani Rohul Ikuti Pelatihan Peningkatan Produksi Kelapa Sawit

Bersama BPDP dan Ditjenbun, BPI Ajak 154 Petani Rohul Ikuti Pelatihan Peningkatan Produksi Kelapa Sawit

Pelatihan peningkatan produksi kebun sawit BPI.(Ist)


Pekanbaru, elaeis.co - Setelah sebelumnya sukses menggelar pelatihan terhadap petani kelapa sawit Rokan Hilir (Rohil), kali ini Best Planter Indonesia (BPI) didukung Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) dan Ditjenbun ajak petani Rokan Hulu (Rohul) untuk mengupas langkah peningkatan produksi kebun kelapa sawitnya. Sedikitnya ada 154 orang petani sawit Rohul ikuti gelaran pelatihan yang dilaksanakan di Bino Hotel Pekanbaru.

Pelatihan ini berlangsung selama empat hari yakni sejak 11-15 Agustus 2025 kemarin. Dimana peserta diberi materi terkait upaya peningkatan produksi kebun sawit agar dapat mencapai 25 ton/ha/tahun. 

Direktur Operasional BPI, Friyandito menjelaskan pelatihan terhadap petani sangat penting dilakukan. Sebab ini bermanfaat agar produksi kebun kelapa sawit petani dapat lebih meningkat.

"Ini adalah langkah nyata kai mendukung kelapa sawit berkelanjutan nasional. Sehingga petani lebih sejahtera," terangnya kepada elaeis.co, Kamis (21/8).

Menurut Friyanto ada tujuh  faktor yang berdampak pada pencapaian produksi tandan buah segar (TBS). Diantaranya yakni gangguan hama penyakit tanaman, gulma, varietas tanaman, kondisi struktur tanah, kecukupan tegakan (SPH), pemupukan serta kelembaban tanah. 

Permasalahan ini dikupas lebih dalam oleh pemateri dalam gelaran kegiatan tersebut. "Ini kita bahas semua kemarin. Mulai dari  pembahasan kelembaban tanah. Hingga kini tidak sedikit pekebun sawit yang pasrah pada curah hujan, tidak ada kemampuan untuk menyiram tanaman sawitnya pada musim kemarau. Lalu apa yang bisa dilakukan pekebun mengatasi musim kemarau? Yakni dengan  menjaga hijauan diperkebunan sawit," paparnya.

Lanjutnya, selain piringan, pasar pikul dan TPH, lahan dikebun ditutupi tanaman lunak yang bisa menyimpan air seperti pakis kipas atau nephrolepis. Selain itu dapat juga memperbanyak spon atau bahan organik yang bisa menyerap dan menyimpan air. 

Kemudian sistem pemupukan menjadi faktor kedua yang mempengaruhi produksi. Petani harus paham untuk mengukur pH tanah dipiringan pokok sawit. pH ideal untuk tanaman sawit adalah pH>5. Sedangkan pH ideal agar pupuk tersedia optimum bagi tanaman sawit adalah pH 6-7. "Mengukur pH itu mudah, dengan menggunakan alat ukur pH portable, cara penggunaannya gampang dan harga alatnya juga murah. Jangan sampai pupuk sia-sia diaplikasi kelahan karena pH tanahnya <6," bebernya.

Kemudian kecukupan tegakan (SPH) berpengaruh langsung pada pencapaian produksi, dimana 1 pohon sawit menghasilkan buah 200 – 250 kg/batang/tahun. Dengan harga TBS Rp 3.000/kg, maka 1 batang sawit menghasilkan pendapatan 600 ribu – 750 ribu/tahun.

Selanjutnya hilangnya tegakan pohon sawit akibat serangan hama rayap atau serangan penyakit Ganoderma, menimbulkan kerugian nyata bagi pekebun sawit. Oleh sebab itu, cukupi jumlah tegakan pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM), dan jaga setiap pohon sawit dari serangan hama dan penyakit tanaman.

Disamping itu, kondisi struktur tanah yang berada diseputaran perakaran tanaman dalam kondisi ideal terdiri dari 25% air, 25% udara, 45% tanah dan 5% bahan organik. Petani harus tanggap untuk mengidentifikasi kondisi struktur tanah dikebunnya. Jika kondisi lahannya berpasir, lahan kandungan liat tinggi maupun gambut berarti ada ketidaksesuaian kondisi struktur tanah.

"Varietas tanaman saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan generasi awal tahun 90-an. Berbagai jenis bibit unggul diproduksi oleh produsen benih. Pesan terhadap  pekebun sawit, belilah benih yang unggul dan bersertifikat dari produsen resmi. Jangan pertaruhkan efisiensi sesaat yang berdampak selama 25 tahun kedepan," katanya.

Gulma dan hama penyakit menjadi faktor yang mengurangi secara langsung pencapaian produksi pohon sawit, baik dengan merusak daun, buah maupun batang sawit. Keberadaan gulma yang diperbolehkan dikebun sawit adalah gulma berakar serabut, gulma berbatang lunak dan guma yang tidak bersaing dengan pohon sawit untuk mendapatkan air, hara dan sinar matahari.

 "Jadi, ika serangannya kering berarti hama, jika serangannya basah atau berlendir atau berbau busuk berarti penyakit," 

"Kami berharap kegiatan kami ini dapat memberi manfaat bagi petani sawit. Sehingga semakin produksi semakin meningkat, kesejahteraan petani semakin nyata," tandasnya


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :