https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Berkat KoltiTrace, Petani Sawit Bisa Penuhi Standar EUDR Cuma dari Ponsel

Berkat KoltiTrace, Petani Sawit Bisa Penuhi Standar EUDR Cuma dari Ponsel

Ilustrasi


Samarinda, elaeis.co – Di tengah tuntutan regulasi ketat dari Uni Eropa, terutama soal deforestasi (EUDR), justru dari kebun sawit di Kalimantan Timur muncul cerita baru. Petani kecil bisa jadi pemain besar, cukup bermodalkan ponsel di genggaman.

Lebih dari 600 petani sawit swadaya di Kalimantan Timur telah memulai transformasi ini lewat platform KoltiTrace, sistem digital yang dikembangkan oleh perusahaan agritech Swiss-Indonesia, KOLTIVA.

Transformasi ini hadir melalui program SHINES atau SmallHolder INclusion for Ethical Sourcing yang digagas oleh PT REA Kaltim Plantations dan didukung penuh oleh KOLTIVA. Program ini membawa pendekatan digital langsung ke akar rumput, membantu petani memetakan kebun mereka, mengevaluasi praktik pertanian, serta memenuhi standar legalitas dan keberlanjutan sesuai tuntutan EUDR. Yang menarik, semua proses ini kini bisa dilakukan cukup dari layar ponsel.

Manfred Borer, CEO KOLTIVA dalam rilis yang diterima elaeis.co, Senin 14 Juli 2025, menyebut bahwa KoltiTrace hadir sebagai solusi nyata di lapangan. Ia bukan hanya alat pemetaan, tapi juga wadah pelatihan praktik pertanian baik atau GAP, dan sekaligus sistem pelacakan panen yang bisa memastikan bahwa buah dari kebun legal dan berkelanjutan tidak tercampur dengan yang belum memenuhi kriteria.

“Segregasi fisik seperti inilah yang menjadi kunci dalam memastikan produk petani swadaya bisa menembus pasar global dengan tetap menjaga integritas rantai pasok,” jelasnya.

Seperti diketahui, Sebagian besar petani masih menghadapi persoalan mendasar yakni peta kebun yang tak akurat, legalitas lahan yang belum beres, akses informasi yang terbatas. Tapi melalui pendekatan digital yang menyatu dengan pendampingan intensif, KoltiTrace menjembatani jurang itu, membuat hal yang dulu sulit kini jadi mungkin.

Jusupta Tarigan, Impact Program Manager KOLTIVA, menyebut bahwa digitalisasi bukan lagi sekadar alat bantu. Ia adalah pintu masuk bagi petani kecil untuk naik kelas.

“Dengan data yang terverifikasi, petani tidak lagi dianggap sebagai pelengkap dalam sistem besar perkebunan sawit. Mereka justru menjadi pemain utama, bahkan bisa jadi pionir di pasar global yang semakin peduli terhadap transparansi dan keberlanjutan,” paparnya.

Dampak positif program SHINES pun tak berhenti di petani. Kawasan hutan seluas 10.000 hektare di Kalimantan Timur ikut terlindungi karena integrasi konservasi dalam sistem KoltiTrace. Ini menciptakan sinergi antara produksi dan perlindungan lingkungan. Keanekaragaman hayati tetap terjaga, hutan tidak terganggu, dan sistem pertanian berjalan dari hulu ke hilir dengan landasan digital yang kuat.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :