https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Belum Pernah Tanam Padi, Banyak Petani Sawit Keder Ikut Program Tumpang Sari

Belum Pernah Tanam Padi, Banyak Petani Sawit Keder Ikut Program Tumpang Sari

Ketua Umum Aspek-PIR, Setiyono (kanan), di lahan peserta PSR. Foto: ist.


Jakarta, elaeis.co - Mendukung program pemerintah mewujudkan swasembada pangan lewat budidaya padi gogo, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspek-PIR) telah mendata perkebunan sawit anggotanya yang berpotensi untuk ditanami padi kering tersebut. Hasilnya, ada sekitar 5.698 hektar lahan sawit yang dapat ditanami padi gogo dengan pola tumpang sari atau tumpang sisip.

Ketua Umum Aspek-PIR, Setiyono mengatakan, lahan tersebut merupakan perkebunan kelapa sawit yang sedang dan akan dilakukan peremajaan lewat program peremajaan sawit rakyat (PSR).

"Jadi, kita sudah komunikasi dengan anggota, kita kumpulkan data dan ketemulah jumlah luasan lahan perkebunan sawit itu," ujarnya kepada elaeis.co, Kamis (9/1).

Lahan tersebut tersebar di beberapa provinsi sentra kelapa sawit di Indonesia. Riau, misalnya, sebarannya berada di Kabupaten Pelalawan, Siak dan Indragiri Hulu. Luas kebun yang berpotensi untuk tumpang sari padi gogo ada sekitar 4.075 hektar.

Kemudian ada juga di Provinsi Jambi, Sumut, Kalsel, Kalbar, Banten dan Aceh. Di mana jumlah luasan lahan total mencapai 5.698 hektar yang merupakan milik 27 koperasi dan kelompok tani. Namun dari jumlah tersebut, baru sekitar 340 hektar yang diusulkan untuk ditetapkan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) untuk realisasi penanaman padi gogo.

"Minat petani masih sangat rendah. Pertama lantaran ragu dan takut. Jadi, tidak sedikit petani yang belum pernah mengelola lahan untuk menanam padi, apalagi padi kering di lahan kelapa sawit. Tentu pengetahuan petani juga sangat rendah tentang budidaya padi Gogo ini," bebernya.

Alhasil target untuk penanaman padi gogo tersebut sedikit terhambat. "Solusi yang kita tawarkan adalah sistem kemitraan. Jadi petani bermitra dengan pihak lain, bisa itu perusahaan atau petani lainnya. Sehingga petani hanya pemilik lahan sedangkan yang mengelola padi gogo tadi pihak lain," tukasnya.

“Potensi pengembangan padi gogo ini sangat besar dan menguntungkan. Terutama menjadi penghasilan alternatif bagi petani yang kebunnya sedang diremajakan,” imbuhnya.

 

 

Komentar Via Facebook :