https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Bayu Krisnamurthi: Salah Buka Lahan, Sawit Bisa Kena Masalah Besar

Bayu Krisnamurthi: Salah Buka Lahan, Sawit Bisa Kena Masalah Besar

Guru Besar Kebijakan Agribisnis IPB, Bayu Krisnamurthi.


Jakarta, elaeis.co – Industri sawit Indonesia kembali masuk pusaran sorotan, tapi kali ini pesannya datang dari salah satu suara paling disegani di dunia agribisnis. 

Guru Besar Kebijakan Agribisnis IPB, Bayu Krisnamurthi, mengingatkan bahwa masa depan sawit nasional yang menopang jutaan keluarga bergantung pada satu keputusan paling awal yakni bagaimana lahan dibuka.

Menurut Bayu, keberlanjutan kebun sawit tidak bisa dimulai saat bibit sudah ditanam. Tahap menentukan sesungguhnya justru terjadi jauh sebelumnya, tepat ketika hutan atau semak pertama kali dibuka.

“Yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bagaimana pembukaan lahan dilakukan dan bagaimana kebun diatur setelahnya. Dua hal itu yang menentukan manfaat bisa maksimal dan risiko tetap terkendali,” ujarnya dalam diskusi, Kamis (11/12).

Pesan itu hadir di tengah skala industri sawit Indonesia yang luar biasa besar. Dengan luas kebun lebih dari 16 juta hektare, sawit menjadi sumber nafkah bagi lebih dari 20 juta orang, dan menghasilkan sekitar 50 juta ton CPO setiap tahun. 

Bayu menegaskan bahwa dengan skala seakbar ini, tata kelola tidak boleh lagi setengah hati. Setiap kesalahan dalam pembukaan lahan dapat mengalir menjadi masalah jangka panjang, erosi, banjir, hilangnya biodiversitas, hingga konflik sosial.

Dalam penjelasannya, Bayu juga meluruskan pemahaman yang sering salah di masyarakat. Banyak pihak melihat kebun sawit sebagai “pengganti hutan” karena sama-sama hijau dan memiliki biomassa besar. Namun menurutnya, itu adalah pandangan yang menyesatkan. 

“Sawit bukan hutan,” tegasnya. 

Meskipun pohonnya tinggi, berumur panjang, dan tajuknya membantu menjaga tanah, kebun sawit tetap monokultur yang tidak mampu memberikan fungsi ekologis sebanding dengan hutan tropis.

Ia mengingatkan bahwa hutan tropis memiliki struktur vegetasi yang kompleks, keanekaragaman hayati yang tinggi, hingga fungsi hidrologis yang jauh lebih kuat. Kebun sawit, betapapun luasnya, tidak bisa menggantikan karakter ekologis tersebut. Karena itu, pembukaan lahan harus dilakukan secara hati-hati, terukur, dan sesuai koridor berkelanjutan.

Meski kritis dalam isu lingkungan, Bayu juga mengakui peran sawit dalam mengangkat kesejahteraan rakyat. 

Banyak petani, katanya, yang pendapatannya naik tiga hingga lima kali lipat setelah beralih ke komoditas ini. Sawit telah menjadi roda penggerak ekonomi desa, membuka lapangan kerja, dan memutus rantai kemiskinan di banyak daerah.

Namun, ia kembali menegaskan bahwa manfaat ekonomi tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan prinsip dasar keberlanjutan. Justru karena sawit punya kontribusi besar, maka pengelolaannya harus dimulai dari fondasi yang benar.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :