https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Batik Sawit Tampil GBN 2025, Siap Rebut Hati Gen Z

Batik Sawit Tampil GBN 2025, Siap Rebut Hati Gen Z

Menperin Agus Gumiwang melihat produk batik sawit di GBN 2025. foto: ist.


Jakarta, elaeis.co – Batik kini bukan lagi sekadar kain tradisional warisan leluhur. Ia menjelma menjadi gaya hidup modern yang berakar kuat pada budaya, namun juga selaras dengan semangat zaman, terutama soal keberlanjutan.

Dalam Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 yang resmi dibuka Jumat (30/7) di Pasaraya Blok M, Jakarta, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkenalkan inovasi baru yang mencuri perhatian yakni batik sawit.

Batik sawit adalah bentuk pembaruan dari teknik membatik, di mana malam lilin untuk menutup bagian kain agar tidak terkena warna, diganti dengan bahan dasar stearin dari minyak sawit berkelanjutan, menggantikan parafin berbasis fosil.

Langkah ini dinilai ramah lingkungan sekaligus menjawab keresahan generasi muda, khususnya Generasi Z, yang kini makin selektif dalam memilih produk berwawasan lingkungan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, GBN bukan hanya pameran, tapi gerakan besar untuk membangkitkan kecintaan pada batik nasional.

"Batik bukan hal kuno, ini berkelas, modern, dan punya potensi menjadi industri jangka panjang," ujarnya. Ia juga menekankan bahwa batik harus bisa menyesuaikan diri dengan selera dan nilai-nilai generasi masa kini.

Dalam acara yang berlangsung hingga 3 Agustus 2025 ini, batik tak hanya dipamerkan dalam bentuk kain, tapi juga lewat diskusi interaktif, lokakarya kreatif, dan fashion show bertema “Tradisi Menjawab Tren”. Salah satu sesi yang paling banyak dibicarakan adalah talkshow "Mengenal Batik Sawit Ramah Lingkungan" yang mengulas potensi sawit berkelanjutan dalam industri wastra Nusantara.

Kolaborasi antara Kemenperin dan Yayasan Batik Indonesia (YBI) melalui Ditjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) juga memperkuat arah batik sebagai bagian dari gaya hidup urban. Upaya ini dilakukan melalui edukasi publik, efisiensi produksi, dan mendorong lahirnya desain-desain batik yang lebih sesuai dengan selera Gen Z, unik, bernilai sosial, dan tetap otentik.

Saat ini, industri batik tersebar di 11 provinsi dengan hampir 6.000 unit usaha dan sekitar 200 sentra IKM. Namun, pasca pandemi, sektor ini menghadapi tantangan berat dalam regenerasi perajin.

Maka, inovasi seperti batik sawit diharapkan dapat membuka pasar baru, sekaligus menarik minat anak muda untuk terjun ke dunia batik, bukan hanya sebagai konsumen, tapi juga pelaku industri kreatif.

Yang menarik, Batik Merawit asal Cirebon ditetapkan sebagai ikon Hari Batik Nasional 2025, menandakan pengakuan terhadap batik-batik lokal yang terus berinovasi. Pesan utama dari seluruh rangkaian GBN 2025 jelas: batik bukan masa lalu. Ia adalah masa kini, bahkan masa depan jika dikelola dengan bijak dan penuh semangat kolaboratif. 

“Inovasi seperti batik sawit adalah jembatan antara pelestarian budaya dan tanggung jawab lingkungan. Inilah wajah baru wastra Nusantara yang siap menyambut Indonesia Emas 2045,” pungkas Menperin.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :