Berita / Sumatera /
Banyak Petani Sawit Malas Merawat Kebunnya
Ilustrasi kebun yang tak dirawat (Ist.)
Medan, Elaeis.co - Meski harga tandan buah segar (TBS) sedang naik, para petani swadaya di banyak kabupaten sentra sawit di Sumatera Utara enggan melakukan perawatan maksimal terhadap kebunnya.
Hal ini terjadi bukan semata karena harga pupuk yang terus naik dan banyak hilang di pasaran.
"Ah, petani berdasi saja jarang melakukan pemupukan. Apalagi petani swadaya," kata Wakil Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Sumut, Sopyan Daulay, kepada Elaeis.co, Rabu (3/11/2021).
Petani berdasi yang ia maksud adalah para petani sawit plasma dan petani swadaya namun memiliki puluhan hingga ratusan hektar kebun sawit.
Kata dia, enggannya petani melakukan perawatan karena kondisi kebun saat ini lagi trek atau menurunnya produksi buah sehingga penghasilan petani tidak maksimal.
"Yang pasti, trek yang paling parah ya punya petani. Apalagi yang jarang dipupuk. Dan ini sudah merata, bukan di Sergai saja, kabupaten lain pun sama parahnya kuantitas dan kualitas panennya," kata Ketua DPD APKASINDO Sergai ini.
Alasan lain petani jarang merawat kebunnya karena selama ini mereka merasa kelapa sawit bukan menjadi penghasilan pokoknya.
"Tapi setelah melihat harga TBS naik terus, barulah sadar mereka. Tapi telat, karena umur sawit mereka sudah di atas 15 tahun. Mau dibagaimanakan pun, tidak signifikan hasilnya," kata Sofyan.
Sopyan sendiri mengaku melakukan perawatan rutin terhadap kebunnya. Sebab, umumnya tanaman sawit miliknya rata-rata masih di bawah tahun tanam ke sepuluh.
"Enggak banyak kebun sawit saya. Cukuplah untuk biaya hidup keluarga," katanya.







Komentar Via Facebook :