https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Bantu Mualaf, Siswa SMPIT Jual Produk Kerajinan Tangan

Bantu Mualaf, Siswa SMPIT Jual Produk Kerajinan Tangan

Bupati Kutim Ardiansyah meninjau bazar di SMPIT Bina Insan. foto: Diskominfo Kutim


Sangatta, elaeis.co - Hasil kreasi berupa kerajinan tangan siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Bina Insan di Desa Wanasari, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur, cukup membanggakan.

Meskipun dibuat di sela kegiatan belajar mengajar, namun siapa sangka para siswa kelas 7 SMPIT Bina Insan tersebut sudah mampu menghasilkan produk berkualitas. Yaitu olahan keripik yang berbahan baku pohon pisang serta alas piring berbahan lidi kelapa sawit.

Dan ide-ide kreativitas mereka itu, ternyata memberikan nilai ekonomi yang cukup menjanjikan. Yang lebih membanggakan, semua keuntungan dari hasil penjualan tersebut ternyata tidak manfaatkan oleh para siswa maupun sekolah. Namun disumbangkan kepada masyarakat, khususnya para mualaf yang ada di dua desa yakni Desa Long Wehea dan Desa Jakluai di Kecamatan Muara Wahau.

Sebagai apresiasi, Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman menyempatkan meninjau sekolah tersebut. Orang nomor satu di Pemkab Kutim ini mengaku bangga kepada para siswa SMPIT Bina Insan yang mampu mengolah potensi yang ada di lingkungan sekitar sehingga menghasilkan produk yang dinilai tidak hanya sebagai ajang kreativitas anak, namun mampu memberikan manfaat ekonomi yang menjanjikan.

"Ini sangat bagus. Apalagi seluruh keuntungan akan disumbangkan untuk para mualaf. Ini luar biasa," jelas Ardiansyah melalui keterangan resmi Diskominfo Kutim, kemarin.

Ardiansyah berharap, pihak sekolah bisa mengembangkan hasil produk para siswa yang dinilai cukup mampu bersaing dengan produk yang sudah ada di pasaran. "Bisa juga menggandeng para pelaku UMKM dan koperasi yang ada di Muara Wahau,” tuturnya. 

Kepala SMPIT Bina Insan, Darmo mengatakan, hasil kerajinan para murid merupakan bagian dari  implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan di sekolah, yakni melalui bidang kewirausahaan dan kearifan lokal. Pisang dan lidi sawit sengaja dipilih karena banyak ditemukan di lingkungan sekitar namun selama ini belum dikelola secara maksimal.

"Ini merupakan produk perdana yang dihasilkan dan alhamdulillah banyak diminati oleh masyarakat," ucapnya.  

Menurutnya, produk yang ada saat ini masih dipasarkan hanya di lingkungan sekolah. "Namun produk tersebut akan terus dikembangkan dan ke depan akan coba ditawarkan ke pasar yang lebih luas baik melalui koperasi maupun UMKM," tukasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :