Berita / Sumatera /
Bangkai Gajah Liar Ditemukan di Kebun Sawit di Langkat
Dokter hewan mengambil sampel dari gajah liar yang tewas di perkebunan sawit di Desa Bukit Selamat. Foto: BBKSDA Sumut
Medan, elaeis.co - Seekor gajah jantan ditemukan mati di kawasan perkebunan kelapa sawit yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Desa Bukit Selamat, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (sumut). Satwa yang dilindungi ini diperkirakan baru berumur antara 10 tahun sampai 12 tahun.
Bangkai gajah liar dengan panjang badan sekitar 2 meter itu ditemukan di kebun sawit milik masyarakat dan berdekatan dengan kebun sawit yang dikelola PT Rapala. Perkebunan sawit itu berbatasan langsung dengan TNGL.
Saat ditemukan, gajah Sumatera tersebut sudah membusuk dan diperkirakan sudah mati sekitar satu minggu. Tidak ada bekas luka atau tanda penganiayaan di tubuh gajah. Kedua gading gajah yang panjangnya masing-masing 50 cm dengan lingkar pangkal 17 cm dan ujung 7 cm juga masih utuh sehingga kecil kemungkinan mati akibat perburuan liar.
“Gajah Sumatera yang mati berjenis kelamin jantan dengan berat 1-2 ton dan diduga telah mati 4 hari atau lebih sebelum ditemukan. Ini ditandai dengan sudah hilang atau terkelupasnya bagian wajah bangkai gajah tersebut,” ungkap Kepala Balai Besar TNGL, Subhan, dalam rilis media dikutip Selasa (8/4).
Penemuan bangkai gajah ini bermula dari informasi seorang karyawan perusahaan perkebunan yang melihat seekor gajah sudah mati dan membusuk di areal perkebunan yang berbatasan dengan kawasan TNGL Resort Sei Betung.
“Peristiwa divideokan, selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Resort Sei Betung yang diteruskan kepada Kepala Seksi Wilayah VI Besitang dan Kepala Bidang TN Wilayah III Stabat. Bangkai gajah telah dikuburkan di sekitar lokasi tempat ditemukan bangkai gajah. Sedangkan gadingnya disimpan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut,” paparnya.
“Kami menghimbau masyarakat luas untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam upaya menjaga dan melestarikan satwa dilindungi beserta habitatnya,” sambungnya.
Kepala BBKSDA Sumut, Novita Kusumawardhani menambahkan, tim dokter hewan BBKSDA Sumut bersama Balai Besar TNGL, dan kepolisian setempat, sudah melakukan bedah bangkai atau nekropsi terhadap gajah liar tersebut. “Pemeriksaan bagian tubuh luar menemukan ada luka infeksi di kaki gajah. Infeksi kaki bisa menyebabkan kematian jika membuat gajah tidak bisa bergerak untuk mencari makan,” katanya.
Tim juga mendalami kemungkinan gajah mati diracun. Tim dokter hewan telah mengambil sampel organ tubuh gajah serta isi lambung dan usus untuk uji toksin di laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti kematian gajah tersebut. Saat ini, sampel tersebut masih proses pengiriman ke Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata di Bogor dan hasilnya diperkirakan akan keluar dalam 30 hari setelah sample diterima oleh pihak laboratorium dikarenakan kondisi bangkai sudah mulai membusuk.
Kepala Seksi Konservasi BBKSDA Wilayah III Stabat Bobby Nopandry menyebutkan bahwa keberadaan gajah jantan sangat penting di tengah ancaman kepunakan populasi gajah liar di koridor Sumut-Aceh. Diperkirakan saat ini hanya tersisa tiga kelompok gajah liar di koridor itu. Gajah jantan biasanya hidup soliter dan akan mengawini gajah betina lintas kelompok.
Diakuinya, konflik gajah dengan masyarakat di kawasan itu sangat tinggi. Konflik terjadi karena sebagian home range atau wilayah jelajah gajah sudah berubah menjadi kebun sawit. “Gajah akan selalu berputar di wilayah jelajah yang sama untuk mencari makanan. Ketika sumber pakannya berubah menjadi kebun sawit, konflik pun terjadi. Masyarakat menganggap gajah sebagai hama,” tandasnya.







Komentar Via Facebook :