Berita / Komoditi /
Aspekpir: Hama Ganoderma Bukan dari Sapi
Ilustrasi hama ganoderma pada sawit. Net
Pekanbaru, elaeis.co - Hama Ganoderma masih menjadi perbincangan para petani kelapa sawit. Malah sejumlah pendapat mengatakan integrasi ternak sapi di perkebunan kelapa sawit diklaim sebagai satu pemicu menyebarnya hama terhadap tumbuhan kelapa sawit.
Menanggapi persoalan itu, Ketua Umum Aspekpir Indonesia, Setiyono mengatakan integrasi sapi sangat kecil kemungkinan menjadi salah satu pemicu merebaknya hama tersebut. Bahkan ia mengaku belum pernah mendengar terjadi di tempat domisilinya di Kabupaten Siak.
Padahal di kabupaten yang berada di Riau tersebut tidak sedikit petani kelapa sawit melakukan integrasi sapi di kebun miliknya.
"Tempat kita ini banyak sapi. Tapi kita gak pernah dengar seperti itu," paparnya, kepada elaeis.co Senin (18/4/2022).
Informasi yang diterimanya ada indikasi dari perusahaan kelapa sawit dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) bahwa ternak sapi adalah salah satu faktor hama tadi. Dimana hama itu tersebar melalui tapak kaki sapi saat masuk dalam kebun kelapa sawit.
Setiyono justru menduga pernyataan itu hanya keberatannya perusahaan kelapa sawit dengan adanya integrasi sapi tersebut. "Kami sendiri banyak sapi di kebun sawit. Belum pernah nampak kondisi itu," katanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kabid Agribisnis Dinas Peternakan Riau, Heri Afrizon. Ia mengaku belum pernah mendengar adanya kasus tersebut terjadi di wilayah integrasi sapi di Riau.
"Kita belum pernah dengar," jelasnya.
Malah menurutnya luasnya perkebunan kelapa sawit di Bumi Lancang Kuning membuat integrasi antara kebun sawit dan ternak sapi menjadi sangat potensial. Tentu dalam menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi masyarakat.
Pengembangan ternak sapi di perkebunan sawit Riau memang sudah di lakukan sejak beberapa waktu lalu. Dimana di Riau terdapat 7 wilayah yang sangat potensial dilakukan pengembangan ini.
Diantaranya adalah Kampar, Rohul, Rohil, Kuansing, Inhu, Inhil dan pelalawan. Wilayah ini kata Heri memiliki kawasan kebun kelapa sawit yang cukup luas.
"Sudah banyak berkembang, malah tiap daerah itu sudah ratusan sapi. Tapi kita belum data secara pasti," katanya.
Sistem ternaknya juga sangat mudah, dimana sapi langsung dilepas di areal perkebunan itu dan tidak perlu perawatan ekstra. Untuk pakan, perkebunan tentu telah memenuhi ketersediaannya.
Sementara fungsi lain, limbah ternak justru dapat menjadi pupuk organik di kebun kelapa sawit tadi.
Kendati demikian, hingga saat ini sepengatahuan Heri belum ada perusahaan kelapa sawit yang bekerjasama untuk pengembangan sapi ini. Padahal potensi keuntungannya cukup besar.
"Jadi kebanyakan petani mandiri. Belum ada perusahaan hadir. Mereka masih fokus merawat kebunnya saja," katanya.
Dirinci Heri, saat ini pihaknya tengah menyorot untuk integrasi sapi di sektor pertanian (Silva Fastur). "Kita ini sifatnya mendukung. Dimana ada perkebunan dan pertanian disitu ada peternakan," tuturnya.

Komentar Via Facebook :