https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

AS-China Makin Tegang, Ekspor Kaltim Bisa Terimbas Perang Dagang

AS-China Makin Tegang, Ekspor Kaltim Bisa Terimbas Perang Dagang

Kegiatan pengiriman barang melalui Pelabuhan Balikpapan. foto: ist.


Samarinda, elaeis.co - Ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan Cina, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Di Kalimantan Timur (kaltim), kekhawatiran kian terasa seiring potensi terganggunya stabilitas ekonomi akibat persaingan kedua negara tersebut.

Rencana AS menaikkan tarif impor membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif di pasar AS. Kebijakan ini berpotensi menekan kinerja ekspor nasional dan mengganggu cadangan devisa negara.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Bayuadi Hardiayanto, menjelaskan bahwa selama ini ekspor menjadi sumber utama cadangan devisa Indonesia. Ketika arus devisa terganggu, nilai tukar rupiah bisa tertekan akibat ketidakseimbangan pasar valuta asing.

Di Kaltim dampak perang dagang ini juga mulai dirasakan, meskipun tidak secara langsung. Sebagai salah satu provinsi penyuplai utama komoditas alam seperti batu bara dan kelapa sawit, Kaltim sangat bergantung pada permintaan dari negara mitra dagang.

“Ketika industri mitra dagang kita terganggu, maka permintaan domestik mereka terhadap komoditas seperti batu bara dan sawit dari Kaltim juga ikut menurun,” katanta dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (26/4).

Dia menambahkan bahwa batu bara dan minyak sawit Kaltim selama ini merupakan sumber energi dan pangan bagi berbagai negara. Namun, perlambatan ekonomi global akibat perang dagang menurunkan permintaan dan berdampak langsung pada volume ekspor batu bara dan CPO dari Kaltim.

Dijelaskannya bahwa kebijakan tarif impor tinggi hingga 145 persen terhadap produk China berpotensi memicu limpahan produk-produk China ke pasar negara lain, termasuk Indonesia. Produk yang gagal masuk pasar AS kini mencari pasar alternatif, dan Indonesia menjadi salah satu target potensial.

“Indonesia termasuk negara yang akan kelimpahan produk-produk dari China,” jelasnya.

Kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan AS pada juga secara tidak langsung menahan mitra dagang Kaltim lainnya, seperti Tiongkok, India, dan Filipina, untuk melakukan ekspor ke AS. Kondisi ini berdampak pada rantai perdagangan global, termasuk regional.

Meski menghadapi tantangan, dia menilai situasi ini sebagai peluang. Karena itu dia mendorong agar Kaltim memperluas pasar ekspor ke negara nontradisional seperti kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika. Meskipun volume perdagangan ke wilayah-wilayah tersebut masih lebih kecil daripada China dan India, potensi pertumbuhan pasarnya cukup besar.

"Ketegangan perdagangan global dapat menjadi momentum untuk mendorong diversifikasi pasar ekspor. Langkah ini penting demi menjaga stabilitas ekonomi Kaltim ketika berada dalam ketidakpastian global," tutupnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :