https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

APKASINDO dan SAMADE Berpotensi Jadi Motor Korporasi Petani Sawit

APKASINDO dan SAMADE Berpotensi Jadi Motor Korporasi Petani Sawit

Diana Chalil (Dok.)


Medan, Elaeis.co - Dua asosiasi besar petani kelapa sawit swadaya di Indonesia, yakni Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dan Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE), berpotensi menjadi motor atau penggerak pembentukan karakter korporasi di kalangan petani sawit.

"Mungkin masih jauh kita menuju seperti FELDA, tapi setidaknya secara karakteristik APKASINDO dan SAMADE berpotensi menuju pada koorporasi petani sawit," kata Diana Chalil kepada Elaeis.co, Minggu (15/8).

Diana adalah akademisi dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) dan sering melakukan penelitian terhadap para petani sawit, termasuk di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Diana juga pendiri dan pemimpin Consortium Studies on Smallholder Palm Oil yang terdiri dari USU, Universitas Jambi, Universitas Malikussaleh Aceh, Universiti Putra Malaysia, dan Prince of Songkla University, Thailand.

Sekadar informasi, FELDA yang diucapkan Diana Chalil adalah singkatan dari The Federal Land Development Authority, atau Otoritas Lahan untuk Pembangunan Negara yang didirikan oleh Kerajaan Malaysia. 

FELDA memusatkan perhatian pada pembukaan perkebunan-perkebunan skala kecil, termasuk perkebunan sawit, yang dapat menghasilkan tanaman perkebunan dan cepat dipanen.

Diana menyebutkan, korporasi petani sawit yang dia maksud tidak mengharuskan APKSINDO dan SAMADE memiliki pabrik kelapa sawit sendiri.

Namun jika sudah bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan pengusaha sawit, itu artinya karakteristik korporasi sudah ada dalam diri dua organisasi itu.

"PKS butuh petani, petani butuh PKS. Tidak jalan sendiri-sendiri, mau saling berkoordinasi. Kalau ini terwujud, aku rasa ini sudah menjadi korporasi," ujar Diana.

Beberapa hari lalu, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, juga menyampaikan hal yang sama.

Ia bahkan sudah pernah mengingatkan hal ini dalam seminar internasional Hannover Messe 2020 yang bertajuk "Corporatizing Oil Palm Smallholders'Business to Alleviate Poverty".

"Perkebunan sawit rakyat yang dikelola sendiri-sendiri itu sampai kiamat ya begitu-begitu saja. Dan ini sudah terbukti kan? Lihat saja, sejak kebun rakyat dibuka mulai  tahun 1978 sampai dengan sekarang, petani sawit tetap saja terseok-seok susah cari dana, harga ditelikung terus. Yang subur para pedagang," Sahat menyindir.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :