Berita / Nusantara /
Akademisi, Birokrat, Pengusaha, dan Petani Duduk Semeja Bahas Tantangan Industri Sawit
Seminar 'Outlook Industri Sawit Indonesia: Mengupas Perspektif Pengusaha, Industri, dan Petani Sawit'. foto: ist.
Jakarta, elaeis.co - Industri kelapa sawit merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia dengan kontribusi signifikan terhadap devisa negara, penyediaan lapangan kerja, serta kesejahteraan petani di berbagai daerah. Berbagai produk turunan sawit juga telah menjadi bagian penting dalam rantai pasokan gobal untuk bahan baku pangan, kosmetik, hingga energi terbarukan.
Namun industri sawit menghadapi sejumlah tantangan seiring dengan dinamika di pasar global,. Terutama meningkatnya tekanan internasional terkait standar keberlanjutan serta kebijakan domestik yang terus berkembang.
Pada tahun 2025, berbagai perubahan signifikan diproyeksikan bakal memengaruhi bagaimana industri ini bergerak. Mulai dari kebijakan ekspor, persaingan global, hingga kebutuhan adopsi teknologi baru yang lebih ramah lingkungan.
Berbagai tantangan ini mengemuka dan dibahas dalam seminar 'Outlook Industri Sawit Indonesia: Mengupas Perspektif Pengusaha, Industri, dan Petani Sawit' yang digelar oleh Warta Ekonomi berkolaborasi dengan Industry.co.id dan APKASINDO, Rabu (20/11) lalu.
Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan President University (Jababeka), Budi Susilo Soepanji tidak menampik bahwa ada tantangan dan masalah yang tidak bisa dilepaskan dari industri kelapa sawit yang membayangi para pengusaha maupun petani sawit.
“Sama seperti komoditas tambang maupun tembakau, kelapa sawit juga tidak bisa lepas dari beberapa masalah. Maka dari itu, para petani dan pengusaha harus bersatu untuk mengurangi isu negatif internasional yang menghambat industri kelapa sawit,” jelasnya dalam rilis media yang diterima elaeis.co, kemarin.
Sementara itu, Putu Juli Ardika selaku Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian RI menekankan perlunya dilakukan pembedahan isu secara multi perspektif dan multidimensional dari sektor kelapa sawit. Hal ini penting untuk arus utama kepentingan perekonomian nasional.
Menurut Putu, potensi industri sawit nasional masih terbuka lebar. Hal ini terlihat dari hilirisasi nasional yang bertumpu pada produk minyak sawit sehingga bergantung dengan pasokan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
“Harapan kami acara ini bisa menyumbang kontribusi yang positif bagi perkembangan kelapa sawit secara paripurna,” ujarnya.
Senada, Ardi Praptono selaku Direktur Tanaman Sawit dan Aneka Palma Ditjenbun Kementerian Pertanian RI menyatakan bahwa posisi petani saat ini bergantung pada keseimbangan sehingga perlu dihadapi secara komprehensif dengan kerja sama strategis antara pemerintah maupun masyarakat, khususnya petani sawit kecil.
Kerja sama strategis tersebut ditujukan untuk meningkatkan hasil dan produktivitas kelapa sawit serta memenuhi target berkelanjutan itu sendiri.
“Industri kelapa sawit Indonesia memiliki potensi besar namun tantangannya perlu ditangani secara serius. Dengan kebijakan yang tepat dan penguatan sertifikasi berkelanjutan, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi,” kata Ardi.
Di sisi lain, menurutnya, pemerintah juga perlu aktif dalam diplomasi perdagangan untuk produk sawit yang ramah lingkungan maupun sosial.
Adapun strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung industri kelapa sawit berkelanjutan baik untuk pertumbuhan energi, ketahanan pangan, dan ekspor, salah satunya adalah dengan menggencarkan program peremajaan sawit rakyat atau PSR. Dengan catatan bahwa PSR harus dilaksanakan dengan varietas unggul yang bibitnya dan dana hibahnya difasilitasi oleh BPDPKS.
“Kedua adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan cara meningkatkan kualitas petani kelapa sawit serta membantu pelatihan untuk memastikan petani kecil agar melakukan pengelolaan lahan dengan budidaya yang baik,” ucapnya.
Sementara strategi ketiga yakni melalui bantuan infrastruktur jalan, modernisasi peralatan dan teknologi. Sedangkan keempat adalah menggencarkan penelitian dan pengembangan untuk menaikkan produktivitas industri kelapa sawit.
Maka dari itu, diperlukan wujud nyata dari sinergi petani sawit, pengusaha, industri, dan pemerintah. Kolaborasi antar pemangku kepentingan dinilai sangat krusial untuk memastikan industri kelapa sawit berkembang secara berkelanjutan.
“Dengan sinergi yang baik, Indonesia bisa menjaga posisinya sebagai pemimpin global dalam industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Mari bersama-sama melanjutkan komitmen untuk menjadikan kelapa sawit Indonesia mengikuti aspek produktivitas dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Adapun acara ini didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan dihadiri oleh narasumber utama antara lain Sekretaris Jenderal DPP APKASINDO, Rino Afrino; Bayu Krisnamurthi selaku Guru Besar IPB University; Budi Mulyanto selaku Kepala Pusat Studi Sawit IPB University; Mukti Sardjono selaku Direktur Eksekutif GAPKI; serta Eugenia Mardanugraha selaku Peneliti Lembaga Penyelidikan dan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI).
Output dari acara tersebut diharapkan bisa melahirkan solusi inovatif serta relevan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh industri sawit Indonesia baik di dalam maupun luar negeri.







Komentar Via Facebook :