Jambi, Elaeis.co - Sudah punya kebun sawit seluas 40 hektar di Desa Mekar Sari Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Maulana Yusuf, masih mencari sumber penghasilan lain.

Bersama 20 orang lainnya, Yusuf beternak lebah madu. Sudah setahun terakhir usaha itu mereka jalankan dan sudah membentuk koperasi unit desa (KUD) khusus untuk memasarkan lebah madu.

"Saya punya 200 kotak untuk tempat beternak lebah. Anggota lainnya lebih banyak, bahkan ada yang punya 1.000 kotak," kata pria berusia 30 tahunan ini kepada Elaeis.co.

Menurutnya, peternakan madu mereka berada di lahan kosong, di luar perkebunan sawit. "Karena lebahnya juga butuh tempat untuk terbang," katanya.

Dia menjelaskan, madu yang dihasilkan lebah ternak bisa dipanen setiap dua minggu sekali. "Saya bisa dapat penghasilan kotor Rp 25 juta setiap kali panen. Kalau pendapatan bersihnya sekitar Rp 18 juta," ungkapnya.

Saat ini para peternak lebah sedang mencari cara agar bisa lepas dari ketergantungan pada pengepul madu. Mereka berharap bisa punya pasar sendiri sehingga tidak lagi didikte oleh pengepul yang menetapkan harga jauh di bawah harga pasar.

"Biasanya pengepul beli madu dari kami sekitar Rp 50.000 sampai Rp 70.000 per kilogram. Padahal di pasar kami tahu harganya bisa mencapai Rp 100.000 per kilogram," bebernya.

Mereka pernah mencoba menerobos pasar dan berhasil menjual ke Batam dengan harga pasar. "Bahkan ongkos kirim Rp 10.000 per kilogram ke Batam ditanggung pembeli. Berarti cuma Rp 100.000 ongkos kirim untuk 10 kilogram madu," sebutnya.

"Kami sangat berharap ada bantuan dan pembinaan dari Pemkab Muaro Jambi, terutama untuk mengatasi persoalan pasar dan meningkatkan kemampuan peternak lebah dalam diversifikasi produk olahan madu," tambahnya.