https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Ada PPKL, Kakao Diharapkan Bisa Kejar Kesuksesan Pengembangan Sawit Berkelanjutan

Ada PPKL, Kakao Diharapkan Bisa Kejar Kesuksesan Pengembangan Sawit Berkelanjutan

Plt. Sekda Aceh Tamiang Drs Tri Kurnia, menanam bibit kakao di komplek Distanbunnak. foto: dok. Prokopim


Karang Baru, elaeis.co - Pemkab Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, berharap keberadaan Pusat Pelatihan Komoditas Lestari (PPKL) menjadi tonggak baru kebangkitan kembali kakao di daerah itu. Harapan itu diungkapkan secara simbolis dengan penanaman bibit kakao oleh Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tamiang, Drs Tri Kurnia, di PPKL di komplek Dinas Pertanian Perkebunan & Peternakan (distanbunnak) di Karang Baru.

Kurnia mengatakan, Distanbunnak dan Satgas Pusat Unggulan Produksi Lestari (PUPL) bersama para mitra kini fokus membangkitkan kembali kakao (Theobroma cacao L.) menjadi primadona komoditas lestari selanjutnya setelah kelapa sawit.

“Meski sempat mengalami stagnasi, namun kami optimis kakao Aceh Tamiang bisa menyamai kesuksesan pengembangan kelapa sawit berkelanjutan,” katanya dalam keterangan resmi Prokopim Aceh Tamiang dikutip Sabtu (24/2).

Untuk mencapai tujuan tersebut, dia meminta dinas terkait dan PUPL aktif membangun jejaring kemitraan strategis dengan lembaga lokal, nasional dan internasional.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, Cut Huzaimah, mengutarakan, kakao sebenarnya sudah lama menjadi komoditas unggulan di Aceh, termasuk Aceh Tamiang. “18 kabupaten/kota di Aceh adalah sentra produksinya, termasuk Aceh Tamiang,” katanya.

Dalam perkembangannya, lahan produksi kakao yang awalnya memiliki luasan 190 ribuan hektar di seluruh Aceh, kini menyusut tinggal 94 ribuan hektar lagi. “Sejumlah persoalan dan kendala menjadi penyebabnya. Namun yang paling utama ialah tidak terkendalinya serangan hama dan penyakit yang membuat petani-pekebun merugi hingga akhirnya mengonversikan lahan kakao mereka menjadi tanaman lain,” terangnya.

Untuk membangkitkan kembali kejayaan kakao Aceh, pihaknya bersama dinas teknis di kabupaten/kota serta lembaga mitra menerapkan sejumlah strategi.

“Contohnya, dahulu para petani-pekebun kita menanam kakao dengan bibit monoklon. Namun kini, guna mengendalikan hama dan penyakit, kita meminta petani-pekebun menanam dengan menggunakan bibit multiklon,” lanjutnya.

Plt. Kepala Distanbunnak Aceh Tamiang, Yunus, menyebutkan, perkembangan kakao di Aceh Tamiang sempat berada di jalur positif sekitar 10 tahun yang lalu.

“Dulu, pemkab bermitra bersama Swiss Contact mengerjakan program bertajuk Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA). Hasilnya, perkembangan kakao menunjukkan tren positif. Selain luasan pertanaman yang bertambah, hasil produksi petani juga meningkat. Apalagi harga jual biji kakao cenderung stabil dengan harga yang bagus, itu bikin petani kita pada saat itu semangat,” urainya.

Namun keadaan itu perlahan meredup karena serangan hama dan penyakit tanaman yang tidak terkendali. 

"Tapi sekarang Distanbunnak bersama PUPL Aceh Tamiang dan lembaga mitra siap membidani kebangkitan kembali kakao di kabupaten bergelar Bumi Muda Sedia ini," tukasnya.

Dikatakan, PPKL akan menggelar Pelatihan Master of Trainer Kakao bagi para penyuluh pertanian dan petugas pendamping dari lembaga mitra. "Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pengiriman sejumlah penyuluh pertanian ke Cocoa Academy milik Mars Symbioscience Indonesia di Luwu Timur, Sulawesi Selatan," terangnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :