https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Ada Norwegia di Sawit Petani Indonesia

Ada Norwegia di Sawit Petani Indonesia

Salah satu aktivitas proyek UNL di Indonesia. Foto: Balittanah. Kementan.


Jakarta, elaeis.co - Orang-orang Eropa dan Amerika ternyata tak hanya melulu menjelekkan sawit Indonesia. 

Dibalik itu, upaya membantu petani Indonesia untuk memperoleh hasil produksi yang lebih baik sudah dilakukan sejak 2019 lalu. 

Adalah University of Nebraska-Lincoln (UNL) Amerika dan Wageningen University Belanda yang kemudian menggandeng sejumlah stakeholder di Indonesia seperti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) dan Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) untuk menjalankan proyek selama 4 tahun itu di 6 provinsi; Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Barat (Kalbar), dan Kalimantan Timur (Kaltim).

Proyek yang dipimpin oleh Patricio Grassini, seorang profesor agronomi di Universitas Nebraska-Lincoln itu didukung oleh hibah $ 4 juta dari Kementerian Luar Negeri Norwegia.

Dalam rilis berita UNL yang dipublish oleh eurekalert.org akhir bulan lalu, tujuan utama dari proyek itu adalah bagaimana meningkatkan produksi petani dengan praktik pengelolaan yang lebih baik.  

Adapun salah satu lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Harapan Jaya, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Kaltim. 

"Puluhan negara memproduksi minyak sawit, tapi Indonesia memproduksi sekitar dua pertiga dari pasokan dunia, dan permintaan akan produk itu terus meningkat," kata Grassini.

Situasi ini menurut dia ibarat pedang bermata dua bagi Indonesia, termasuk negara produsen minyak sawit lainnya. 

Di satu sisi minyak sawit bagi Indonesia adalah ekspor utama dan memberikan kontribusi terhadap stabilitas ekonomi serta petani individu yang memproduksinya. 

Untuk memenuhi permintaan, hutan hujan dan lahan gambut --- ekosistem berharga yang berkontribusi besar terhadap keanekaragaman hayati --- sering diubah menjadi kebun kelapa sawit.

Nah, lewat proyek ini kata Grassini, memenuhi permintaan bukan berarti mengubah ekosistem yang berharga dan rentan, atau membuka lahan baru, menjadi lahan pertanian.

Untuk itulah praktik pengelolaan yang lebih baik harus dilakukan demi meningkatkan produksi. 

"Di Indonesia ada sekitar 42% lahan milik petani kecil, sisanya perkebunan besar," kata Juan Pablo Monzon. Dia adalah asisten Grassini. 

"Ada peluang besar meningkatkan produktivitas perkebunan saat ini, terutama bagi petani kecil," tambahnya. 

Kesenjangan antara hasil saat ini dan yang bisa dicapai kata Monzon, bisa dijembatani dengan menerapkan praktik agronomi yang baik. 

Dengan begitu, negara ini bisa memproduksi 68% lebih banyak minyak sawit di areal perkebunan yang ada, khususnya dari tanah mineral.

Grassini dan peneliti lain pun mulai mengajak petani menerapkan praktik-praktik, termasuk metode panen, pengendalian gulma, pemangkasan dan nutrisi tanaman yang lebih baik. 

Singkat cerita, hanya dalam waktu 15 bulan, hasil di petak uji sudah naik, dengan potensi pertumbuhan lebih besar di masa mendatang. 

"Pendidikan yang kuat dan upaya penyuluhan akan menjadi kunci untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi pertumbuhan," kata Grassini.



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :