Berita / Nusantara /
93% Kebun Sawit Petani Ternyata Dura, Pantes Panen Nggak Maksimal!
Medan, elaeis.co – Hasil riset terbaru dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) bikin banyak orang geleng kepala. Bayangkan saja, sekitar 93 sampai 97 persen kebun sawit milik petani swadaya di Indonesia ternyata tertanam bibit jenis dura, jenis sawit yang hasilnya kecil, rendemennya rendah, dan bikin panen jauh dari maksimal.
“Kami melakukan penelitian pada 2017 di tiga provinsi di Sumatera, yaitu Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Kami mengidentifikasi tiga jenis tanaman, yakni dura, tenera, dan pisifera,” kata peneliti PPKS Ratnawati Nurkhoiry dalam webinar “Menuju Perkebunan Indonesia Berkelanjutan” yang disiarkan melalui kanal YouTube Riset Perkebunan Nusantara (RPN).
Bagi yang belum tahu, sawit tenera adalah jenis unggulan dengan hasil minyak tinggi. Sementara itu, dura justru sebaliknya. Tandan buahnya besar, tetapi bijinya tebal dan kandungan minyaknya sedikit. Jadi, meski pohonnya tampak subur, hasil sawit jenis dura jauh dari harapan.
Masalahnya, banyak petani sawit swadaya di Indonesia belum benar-benar paham pentingnya bibit unggul. Sebagian besar membeli bibit dari sumber yang tidak jelas, bahkan ada yang menanam dari kecambah yang dijual bebas di pinggir jalan.
Padahal, bibit palsu atau dura bisa bikin rugi bertahun-tahun, sebab sawit baru bisa dipanen setelah tiga sampai empat tahun.
Selain soal bibit, PPKS juga meneliti pola kepemilikan lahan kebun sawit swadaya. Dari hasil penelitian itu, petani sawit dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan luas lahan.
Ada yang memiliki lahan sempit antara setengah hingga dua hektare, ada yang sedang antara dua hingga lima hektare, dan ada juga yang luas mencapai tujuh hingga dua puluh hektare.
Dari empat provinsi yang diteliti, yaitu Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, hasilnya menunjukkan bahwa Sumatera Barat menjadi daerah dengan petani yang paling banyak memiliki lahan luas, mencapai 58 persen. Disusul Aceh 56 persen, Bengkulu 25 persen, dan Sumatera Utara 15 persen.
Temuan ini menggambarkan kondisi petani sawit swadaya di Indonesia yang sangat beragam. Ada petani yang sudah cukup mapan dengan lahan besar dan akses ke bibit unggul, namun banyak juga yang masih bertani kecil-kecilan dan belum tersentuh pembinaan teknis maupun bantuan bibit bersertifikat.
Dengan data tersebut, PPKS berharap pemerintah dan pelaku industri bisa lebih fokus membantu petani swadaya.
Langkahnya dimulai dari penyediaan bibit unggul bersertifikat, pendampingan budidaya, hingga pembenahan sistem pemasaran. Karena selama petani masih terjebak memakai bibit dura, produktivitas sawit Indonesia akan terus tertinggal, sementara negara lain sudah lebih dulu melesat.
Kalau mau sawit Indonesia makin kuat dan berkelanjutan, perbaikannya harus dimulai dari akar masalahnya, yakni bibit.







Komentar Via Facebook :