Berita / Nasional /
4 Strategi Disiapkan untuk Jadikan Industri Sawit Sebagai Mesin Ekonomi RI
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen Industri Agro Kemenperin, Lila Harsya Bakhtiar. foto: ist.
Jakarta, elaeis.co – Pemerintah RI melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjalankan transformasi industri sawit sebagai salah satu strategi utama untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045. Dalam peta jalan 2025–2029, industri sawit diarahkan untuk menjadi mesin ekonomi yang tangguh, modern, dan berkelanjutan.
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen Industri Agro Kemenperin, Lila Harsya Bakhtiar, mengatakan bahwa strategi besar ini akan difokuskan pada penguatan rantai nilai dari hulu ke hilir (backward-forward linkage). Program ini akan menopang keberhasilan hilirisasi nasional, khususnya dalam menjaga keberlanjutan dan keterlacakan produk sawit Indonesia di pasar global.
“Empat hal menjadi pilar utama strategi sawit 2025–2029. Yaitu injeksi teknologi, sertifikasi keberlanjutan hilir (ISPO), penguatan hilirisasi berkelanjutan, dan digitalisasi rantai pasok melalui platform Siprosatu,” ujar Lila dalam forum 3rd TPOMI 2025 di Bandung, Kamis (10/7).
Hilirisasi tak hanya fokus pada produk minyak sawit mentah (CPO), tapi juga mulai masuk ke pemanfaatan biomassa sawit. Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyebutkan bahwa potensi biomassa sawit yang selama ini dianggap limbah dapat ditingkatkan nilainya menjadi produk berkelas seperti kemasan biodegradable, arang aktif, hingga super kapasitor.
“Nilai biomassa yang saat ini hanya US$ 40–80 per ton, bisa melonjak hingga US$ 800 per ton jika diolah menjadi produk bernilai tinggi,” ungkap Putu.
Untuk mendukung hilirisasi, Kemenperin menyiapkan berbagai fasilitas dalam ekosistem SPPOT (Strategi Pengembangan Pabrik Olahan Terintegrasi), mulai dari insentif restrukturisasi industri (reimburse hingga 35% dari pembelian mesin), standarisasi produk, hingga skema pembiayaan khusus untuk pabrik rendah karbon.
Selain teknologi, aspek humanware juga digenjot. Penguatan SDM melalui pendidikan vokasi dan pelatihan tenaga kerja industri sawit menjadi langkah konkrit mewujudkan link and match antara pendidikan dan dunia industri.
Tak kalah penting, digitalisasi menjadi tulang punggung pengawasan dan efisiensi industri. Platform Siprosatu disiapkan sebagai sistem pelaporan digital neraca massa sawit yang wajib diikuti oleh seluruh pelaku industri. Selain itu, Kemenperin tengah menyempurnakan SIINas (Sistem Informasi Industri Nasional) sebagai data center seluruh sektor agroindustri.
Dengan langkah ini, pemerintah menargetkan nilai ekonomi sawit nasional bisa mencapai Rp 1.000 triliun pada 2029, naik sekitar 29% dari realisasi 2024 yang sebesar Rp 775 triliun. Kontribusi sawit terhadap PDB juga dipacu naik dari 3,5% (2024) menjadi 4,25% di 2029.







Komentar Via Facebook :