Berita / Sumatera /
287 Pabrik Sawit di Riau Buka Peluang UMKM Garap Usaha dari Hulu ke Hilir
Pabrik kelapa sawit milik PTPN IV di Riau. foto: ist.
Pekanbaru, elaeis.co – Provinsi Riau tidak hanya dikenal sebagai daerah dengan perkebunan sawit terluas di Indonesia, tetapi juga sebagai pusat industri pengolahan kelapa sawit dari hulu hingga hilir.
Bahkan, potensi ini kini tidak hanya dimanfaatkan perusahaan besar, tetapi juga mulai digarap oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi berbagai produk turunan hingga mengolah limbah sawit menjadi komoditas bernilai jual.
Potret peluang ini mengemuka dalam Seminar Sesi I Hari Kedua SIEXPO 2025 di Pekanbaru Convention and Exhibition (SKA-CoEx), Jumat (8/8) lalu, yang mengusung tema Strategi Pemasaran Produk UKM Sawit.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, Yusuf Nuh, memaparkan bahwa di Riau terdapat 287 pabrik kelapa sawit (PKS). Berdasarkan data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS), tercatat 190 perusahaan dengan kapasitas total mencapai 12.857 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
Pada semester I/2025, investasi hilirisasi kelapa sawit di Riau berkontribusi hingga 60% dari total Rp6,23 triliun realisasi investasi hilirisasi sumber daya alam di provinsi ini.
“Industri sawit kini sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) era Presiden Prabowo Subianto. Bahkan di tengah gejolak global dan tarif baru AS, ekspor nonmigas, termasuk sawit, tetap meningkat,” ujar Yusuf.
Dia menilai bahwa hilirisasi sawit bukan hanya ranah korporasi besar. UMKM di Riau mulai memanfaatkan peluang dengan memproduksi minyak goreng kemasan, sabun, lilin, pupuk organik, hingga produk kreatif dari limbah sawit.
Tren legalitas UMKM pun menunjukkan perkembangan positif, meski tantangan seperti legalitas lahan, pembiayaan ISPO, keterbatasan teknologi dan inovasi, serta kampanye negatif terhadap sawit masih membayangi.
“Dengan realisasi investasi di sektor bahan minyak goreng hampir Rp4 triliun setahun ini, peluang ekonomi bagi UMKM sawit terbuka sangat lebar,” tambah Yusuf.
Selain meningkatkan nilai tambah, hilirisasi kelapa sawit mampu menciptakan lapangan kerja baru, mendorong transfer teknologi, dan memperkuat posisi Riau sebagai pusat industri sawit nasional. Dukungan pemerintah, kolaborasi dengan pelaku usaha besar, serta inovasi produk menjadi kunci agar UMKM bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional.
Dengan 287 pabrik yang beroperasi dan tren investasi yang terus mengalir, Riau kini berada di jalur emas untuk menjadikan UMKM sawit sebagai motor pertumbuhan ekonomi daerah, dari hulu perkebunan hingga hilir produk bernilai tambah.







Komentar Via Facebook :