https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Soal Harga TBS, Pemprov Bengkulu Bikin Petani Sawit Jengkel, Kok Bisa! 

Soal Harga TBS, Pemprov Bengkulu Bikin Petani Sawit Jengkel, Kok Bisa! 

Ketua Bidang Industri Kalapa Sawit DPW Apkasindo Bengkulu, Manonggor Siahaan


Bengkulu, elaeis.co - Pemprov Bengkulu telah menetapkan harga TBS kelapa sawit periode Februari 2024 sebesar Rp 2.253,85 per kilogram. 

Walau harga ini diamini oleh 14 perusahaan yang hadir dalam rapat penetapan, namun petani jengkel lantaran harga itu masih tergolong rendah jika dibandingkan daerah lain.

Ketua Bidang Industri Kalapa Sawit DPW Apkasindo Bengkulu, Manonggor Siahaan pun mengaku keberatan terhadap harga TBS kelapa sawit yang ditetapkan pemerintah daerah. 

Baca Juga : Manonggor Siahaan Caleg DPRD Provinsi Bengkulu Siap Memperjuangkan Harga TBS Kelapa Sawit

Sebab menurutnya, harga itu jauh di bawah standar dari daerah lain, terutama terkait Indeks K yang terendah di Indonesia, hanya mencapai 83,23 persen.

"Harga TBS kelapa sawit di Bengkulu terendah di bandingkan daerah lain, bahkan Indeks K di Bengkulu juga terendah di Indonesia, ini kenapa?," kesal Manonggor saat berbincang dengan elaeis.co, Rabu (31/1).

Selain itu, terdapat pula keluhan terkait harga Crude Palm Oil (CPO) yang ditetapkan hanya Rp 11.236 per kilogram. Harga ini turun signifikan dibanding dua minggu lalu sekitar Rp 11.800-Rp12.000 per kilogram.

"Tidak hanya permasalahan indeks K, harga CPO di Bengkulu juga rendah hanya sebesar Rp 11.236 per kilogram. Ini bikin kita heran," ujarnya.

Kemarahan petani pun semakin memuncak melihat rendemen TBS sawit di Bengkulu yang hanya mencapai 17-18 persen. 

Padahal, menurut penelitian PPKS Medan, untuk tanaman berusia 10-20 tahun seharusnya mencapai 21,55 persen. Rendemen yang rendah ini dipandang sebagai salah satu faktor penurunan Indeks K.

"Karena rendemen sawit kita hanya ditetapkan sebesar 17 sampai 18 persen, maka Indeks K kita juga menurun, otomatis harga TBS kelapa sawit kita juga rendah," tuturnya.

Belum lagi, lanjutnya, masih banyak perusahaan sawit yang bandel dalam penetapan harga ini. Buktinya hanya 4 dari 31 pabrik di Bengkulu yang menyerahkan Invoice saat penetapan harga. 

Hal itu dipastikan sangat mempengaruhi persentase untuk menentukan Indeks K. Ini juga menambah kompleksitas permasalahan yang dihadapi perkelapasawitan di Bengkulu. 

"Kami menuntut Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga. Kami juga berharap transparansi data untuk memperbaiki indeks K, baik di pihak petani maupun pabrik," tuturnya.

Ia berharap aspirasi petani ini didengarkan oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah. Petani yakin bahwa harga TBS kelapa sawit di Bengkulu seharusnya mencapai angka Rp 2.500-2.600 per kilogram atau seperti daerah lain.

"Seharusnya harga TBS di Bengkulu Rp 2.500 sampai Rp 2.600 per kilogram, tapi ini malah Rp 2.253,85. Tentu ini membuat kami rugi," ujarnya.

Menanggapi keluhan petani, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, M Rizon memastikan akan menyurati seluruh pabrik kelapa sawit di Bengkulu untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penetapan harga TBS. 

"Kami akan menyurati seluruh pabrik di Bengkulu agar menyampaikan data yang lengkap, karena ini demi kesejahteraan petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu," pungkasnya.

Komentar Via Facebook :