Berita / Sumatera /
Sawit Jadi Tulang Punggung Ekonomi Keluarga di Aceh Barat
Aceh, elaeis.co – Di tengah gejolak ekonomi dan ketidakpastian sejumlah sektor usaha, perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Aceh Barat, Aceh, justru muncul sebagai tulang punggung ekonomi rumah tangga.
Meskipun lahan yang dimiliki rata-rata hanya satu hingga dua hektare, sawit rakyat tetap memberikan manfaat ekonomi nyata bagi masyarakat setempat.
Yusmadi, pelaku usaha perkebunan sawit di Aceh Barat, menegaskan bahwa prospek sawit rakyat masih menjanjikan selama harga tandan buah segar (TBS) tetap stabil.
“Selama harga TBS masih stabil, usaha kebun sawit rakyat tetap menguntungkan, meski luas lahannya tidak terlalu besar,” ujarnya, kemarin.
Menurut Yusmadi, kunci keberlanjutan perkebunan sawit skala kecil terletak pada pengelolaan kebun yang baik dan dukungan harga komoditas yang tidak anjlok.
Saat ini, harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global relatif stabil, sehingga memberi dorongan positif bagi ekonomi masyarakat Aceh Barat.
Geliat sawit rakyat di Aceh Barat juga terlihat dari upaya peremajaan tanaman sawit lama agar produktivitas kebun tetap terjaga. Aktivitas ini penting untuk memastikan hasil panen tetap stabil dan tidak menurun seiring waktu.
Selain itu, masyarakat juga terus membuka kebun baru dalam skala kecil, menambah potensi pendapatan keluarga sekaligus memperluas lapangan kerja lokal.
“Perkebunan sawit rakyat tidak hanya menguatkan ekonomi keluarga, tapi juga menjadi penopang lapangan kerja lokal. Dari perawatan kebun, panen, hingga pengangkutan hasil produksi, banyak tenaga kerja dari lingkungan sekitar yang terserap,” jelas Yusmadi.
Selain aspek ekonomi, sawit rakyat juga berperan strategis dalam menjaga kemandirian masyarakat di tengah fluktuasi pasar global. Dengan pengelolaan yang tepat, kebun skala kecil mampu memberi dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat, sekaligus meminimalkan ketergantungan pada komoditas impor.
Namun, tantangan tetap ada. Fluktuasi harga CPO, perubahan iklim, serta teknik pengelolaan lahan yang kurang optimal berpotensi menurunkan hasil panen.
Oleh karena itu, Yusmadi menekankan perlunya dukungan pemerintah daerah, mulai dari penyuluhan teknis, akses bibit unggul, hingga upaya menjaga stabilitas harga komoditas sawit.
“Dengan pendampingan yang tepat, sawit rakyat dapat terus menjadi solusi ekonomi keluarga, meski tantangan tetap ada,” tambahnya.
Lebih jauh, sawit rakyat juga berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi lokal dengan membuka peluang usaha bagi masyarakat di sekitarnya.
Aktivitas kebun yang produktif meningkatkan arus ekonomi mikro, dari pedagang lokal, pengangkut, hingga pemroses hasil panen. Semua lapisan masyarakat merasakan dampaknya, sehingga sawit rakyat menjadi tulang punggung ekonomi komunitas di Aceh Barat.
Yusmadi menutup wawancara dengan harapan agar pemerintah terus mendampingi petani sawit rakyat. “Kami berharap dukungan teknis dan stabilitas harga terus terjaga. Dengan begitu, sawit rakyat tetap menjadi tulang punggung ekonomi keluarga di Aceh Barat,” ujarnya.
Dengan kontribusi nyata bagi pendapatan rumah tangga dan lapangan kerja lokal, sawit rakyat Aceh Barat menunjukkan bahwa sektor pertanian skala kecil dapat menjadi kekuatan ekonomi masyarakat, bahkan di tengah tekanan ekonomi nasional dan global.







Komentar Via Facebook :