https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Sawit Dituduh Boros Air, Padahal Tanaman Minyak Lain Lebih Haus

Sawit Dituduh Boros Air, Padahal Tanaman Minyak Lain Lebih Haus


Jakarta, elaeis.co - Tuduhan kelapa sawit merupakan tanaman yang boros air kembali mencuat di tengah perdebatan lingkungan global. 

Namun, pakar kehutanan Prof. Sudarsono Soedomo menilai tudingan tersebut tidak berdasar dan cenderung menyesatkan jika tidak disertai perbandingan ilmiah dengan tanaman minyak nabati lain.

Prof. Sudarsono menegaskan bahwa tanaman pada dasarnya tidak “menghabiskan” air. Air yang diserap tanaman akan kembali ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi dan menjadi bagian dari siklus hidrologi alami.

“Pertanyaan yang tepat bukan berapa banyak air yang dipakai tanaman, tetapi berapa banyak air yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk,” tulis Prof. Sudarsono.

Ia merujuk pada kajian global water footprint yang dilakukan oleh Mekonnen dan Hoekstra, yang menunjukkan bahwa kelapa sawit justru menjadi tanaman minyak paling efisien dari sisi penggunaan air. Untuk menghasilkan satu ton minyak nabati, sawit membutuhkan sekitar 1.100 meter kubik air. 

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan minyak kedelai yang membutuhkan sekitar 2.100 meter kubik, canola sekitar 2.300 meter kubik, dan minyak bunga matahari yang mencapai 3.300 meter kubik air per ton minyak.

“Artinya, bunga matahari hampir tiga kali lebih ‘haus’ dibanding sawit untuk menghasilkan jumlah minyak yang sama,” jelasnya.

Selain itu, Prof. Sudarsono juga membantah anggapan bahwa perkebunan sawit menghisap air tanah secara berlebihan. Secara biologis, akar sawit didominasi oleh akar serabut yang berada di lapisan tanah atas, bukan akar tunggang dalam yang mampu menjangkau akuifer di kedalaman.

Penelitian di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan, 85–90 persen kebutuhan air sawit berasal dari air hujan, bukan dari air tanah atau irigasi. Dengan demikian, sawit lebih banyak memanfaatkan air yang memang jatuh di wilayah tempat tumbuhnya.

Ia juga menyoroti bahwa banyak jenis pohon kehutanan, seperti akasia, eucalyptus, dan sengon, memiliki tingkat evapotranspirasi yang setara atau bahkan lebih tinggi dibanding sawit. Namun, tanaman-tanaman tersebut jarang mendapat label sebagai perusak sumber daya air.

Menurutnya, persoalan lingkungan tidak bisa disederhanakan hanya dengan menyalahkan satu komoditas. Faktor yang jauh lebih menentukan adalah perubahan tutupan lahan yang ekstrem, tata kelola perkebunan yang buruk, serta kebijakan pembangunan yang mengabaikan konteks lanskap.

Prof. Sudarsono menegaskan bahwa kritik terhadap sawit tetap diperlukan, terutama terkait konflik lahan dan tata kelola. Namun, melabeli sawit sebagai tanaman boros air tanpa dasar perbandingan yang adil dinilai sebagai bentuk penyederhanaan berlebihan.

“Dari sudut pandang air, mengganti sawit dengan tanaman minyak lain justru akan meningkatkan tekanan terhadap sumber daya air global,” ujarnya.

Ia menutup dengan menekankan pentingnya pendekatan berbasis data dalam isu lingkungan. Menurutnya, kerusakan lingkungan bukan disebabkan oleh satu jenis tanaman, melainkan oleh cara manusia mengelola alam tanpa berpikir secara utuh dan berbasis ilmu pengetahuan.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :