https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Refinery Baru STAA Sedot 2.000 Ton CPO/Hari

Refinery Baru STAA Sedot 2.000 Ton CPO/Hari

Operator mengawasi proses produksi CPO di pabrik pengolahan sawit. foto: dok. STAA


Jakarta, elaeis.co – PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (kode BEI: STAA) resmi mengoperasikan pabrik refinery terbarunya pada Juli 2025. Kilang yang terletak di Tanjung Penyembal, Sungai Sembilan, Kota Dumai, Riau, ini memiliki kapasitas pengolahan hingga 2.000 ton CPO per hari, dan siap menjadi tulang punggung pertumbuhan bisnis perusahaan di tengah naik-turunnya industri sawit global.

Tak hanya itu, fasilitas ini didukung dermaga internal yang mampu melayani kapal hingga 50.000 ton, serta tangki penyimpanan berkapasitas 64.000 ton yang akan dikembangkan hingga 100.000 ton.

"Ini akan menciptakan efisiensi logistik dan pengiriman, baik untuk pasar domestik maupun ekspor," ujar Presiden Direktur STAA, Mosfly Ang, dalam keterangan yang dikutip Ahad (3/8).

STAA tak hanya mengandalkan infrastruktur. Produktivitas kebun juga menjadi fokus utama. Saat ini, STAA mampu mencatatkan rata-rata produksi sekitar 24 ton per hektare per tahun, angka yang disebut Mosfly sangat kompetitif di tingkat global.

Kuncinya? Penggunaan bibit unggul, teknik pemupukan berbasis data, serta replanting bertahap. “Pemupukan itu salah satu biaya terbesar. Jadi kita pakai pendekatan presisi, sesuai kondisi tanah, varietas tanaman, dan kebutuhan nutrisi spesifik,” jelasnya.

Memasuki semester kedua 2025, STAA akan lebih fokus menyasar pasar ekspor. Namun pasar domestik tetap menarik, terutama dengan adanya kebijakan biodiesel yang menuju ke B50. Ini artinya, kebutuhan CPO untuk energi akan semakin besar, di luar kebutuhan tradisional seperti pangan.

“Kita punya demand baru di dalam negeri, dan itu memperkuat posisi sawit sebagai komoditas strategis,” ucapnya.

Meski produktivitas perusahaan cukup tinggi, kondisi kebun sawit rakyat belum sebaik itu. Banyak kebun milik petani mandiri, terutama di Sumatera, sudah memasuki usia tua dan produktivitasnya menurun.

Mosfly mengapresiasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) dari pemerintah dan BPDP. “Kalau program ini terus jalan, sinergi antara petani dan perusahaan bisa tingkatkan produktivitas nasional,” ujarnya.

STAA juga mulai mengarahkan strategi bisnisnya ke pengembangan produk sawit berkelanjutan. “Pasar internasional makin ketat. Produk kita harus ramah lingkungan dan punya nilai keberlanjutan,” katanya.

Dengan kombinasi refinery modern, efisiensi produksi, dan langkah proaktif menghadapi pasar global, STAA percaya diri menatap masa depan industri sawit.

“Kami optimis, selama infrastruktur kuat dan strategi tepat, bisnis sawit akan terus bertumbuh,” tutupnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :