https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Prospek Cerah, Pengusaha Diminta Tidak Takut Berinvestasi di Subsektor Perkebunan 

Prospek Cerah, Pengusaha Diminta Tidak Takut Berinvestasi di Subsektor Perkebunan 

FGD peningkatan investasi subsektor perkebunan menuju Indonesia Emas 2045 di Bunex 2024. foto: Ditjenbun


Jakarta, elaeis.co – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (ditjenbun) terus mendorong peningkatan investasi subsektor perkebunan menuju Indonesia Emas 2045.

Plt Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto menuturkan, investasi yang berfokus pada pembangunan ekonomi berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pengembangan sektor-sektor strategis, memiliki peran penting dalam mencapai visi Indonesia Emas 2024. “Subsektor perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan teh, merupakan komoditas unggulan yang menyumbang devisa besar bagi negara dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (16/9).

Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjenbun, Ardi Praptono menambahkan, komoditas perkebunan berkontribusi besar pada PDB Nasional dan merupakan produsen utama global untuk produk-produk strategis perkebunan seperti sawit, kelapa, dan cengkeh produsen utama nomor satu; karet kedua; serta kopi, kakao, pala, dan lada nomor tiga.

“Potensi subsektor perkebunan Indonesia menjadi penyumbang nilai ekspor yang terbesar, lebih besar dari migas (data BPS Tahun 2022), dengan jutaan petani kecil terlibat mendorong terciptanya lapangan kerja langsung maupun tidak langsung. Selain itu, sebagai alternatif ketahanan energi pengganti bahan bakar fosil (bioenergi),” tambah Ardi.

Pejabat Direktorat Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi, D. Rizky mengungkapkan, pemerintah terus mendorong percepatan investasi termasuk di sektor pertanian baik lokal maupun asing melalui kebijakan-kebijakan yang memudahkan investasi dengan tetap memperhatikan regulasi yang sesuai dengan iklim usaha di Indonesia. Tren investasi perkebunan sejak tahun 2020 hingga Juni 2024 cenderung meningkat dan positif sehingga ini menjadi salah satu penyumbang investasi terbesar.

Sementara Direktur Analisis Informasi dan Manajemen Krisis Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sujanto mengatakan, pihaknya terus memperkuat sinergi dengan seluruh stakeholder dalam mewujudkan industri perkebunan di pasar modal yang berkelanjutan dan aman bagi investor. Melalui kebijakan yang mendorong penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta perlindungan investor yang optimal, OJK memastikan iklim investasi yang kondusif dan bersama dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor perkebunan yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing global.

Direktur PT Wahana Gula Investama, Sri Suryani Ekawati menyampaikan, perkebunan merupakan penyumbang devisa negara yang besar namun punya pelbagai tantangan seperti deforestasi, isu sosial, perubahan iklim.

"Perkebunan berperan strategis dalam pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, ekspor komoditas memberikan pendapatan devisa, perkembangan teknologi dan inovasi dalam budidaya perkebunan. Namun dalam pembangunan subsektor perkebunan, saat ini kondisinya belum optimal," katanya.

Prayudi Syamsuri, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian, menilai posisi perusahaan perkebunan saat ini harus dilakukan peremajaan karena cenderung tidak produktif. "Perusahaan benih pasti akan memiliki prospek yang cerah karena banyak yang mencari dan membutuhkan benih unggul. Jangan takut untuk berinvestasi pada subsektor perkebunan maupun menjadi pengusaha dalam bidang perkebunan. Mari kita jadikan perkebunan menjadi landasan ekonomi yang kuat untuk negara kita,” tukasnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :