https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Potensi Karbon Aktif Melimpah, tapi Belum Ada yang Menggarapnya di Bengkulu

Potensi Karbon Aktif Melimpah, tapi Belum Ada yang Menggarapnya di Bengkulu

Karbon aktif buatan tekMIRA. foto: Kemen ESDM


Bengkulu, elaeis.co - Provinsi Bengkulu menyimpan potensi karbon aktif yang cukup besar. Karbon aktif atau disebut juga arang aktif bisa diproduksi dari sumber daya alam terbarukan, salah satunya adalah cangkang sawit.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, Yenita Saiful, mengatakan, potensi arang aktif dari cangkang sawit di Bengkulu mencapai lebih dari 12 ribu ton setiap bulannya. "Nilai ekonominya diperkirakan mencapai lebih dari Rp 40 miliar," katanya, Sabtu (29/7).

Sayangnya, potensi ini belum digarap meski ada pangsa pasar yang luas di tingkat global. "Belum ada perusahaan di daerah ini yang fokus dalam menggeluti bisnis karbon aktif," jelasnya.

Dia menyebutkan bahwa karbon aktif adalah material 
yang mengandung unsur karbon yang berpori dengan luas permukaan yang besar. Itulah yang membedakannya dengan arang biasa, karbon aktif memiliki pori yang banyak dan dalam sehingga daya serapnya tinggi.

Karbon aktif memiliki banyak manfaat. Di sektor industri, arang aktif dipakai untuk penyaringan air, pengolaham makanan dan minuman, rokok, bahan kimia, sabun, lulur, sampo, cat dan perekat, masker, alat pendingin, dan otomotif.

Di bidang kesehatan dipakai untuk penyerap racun dalam saluran cerna dan obat-obatan. Sedang di bidang  lingkungan bermanfaat sebagai penyerap logam dalam limbah cair, penyerap residu pestisida dalam air minum dan tanah, penyerap emisi gas beracun dalam udara, meningkatkan total organik karbon tanah, mengurangi biomassa mikroba, dan agregasi tanah.

"Jadi sangat banyak kegunaan dari karbon aktif atau arang aktif ini," ujarnya.

Menurutnya, beberapa negara seperti Swedia sangat berminat memesan karbon aktif dari cangkang sawit.
"Tapi selama ini pelaku usaha hanya mengekspor cangkang sawit sebagai bahan baku tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Padahal jika diolah menjadi karbon aktif, harganya akan lebih mahal dari pada cangkang sawit mentah," tukasnya.

Yenita menyebutkan, harga cangkang sawit saat ini mencapai Rp 750 hingga Rp 1.000 per kilogram. Sementara harga cangkang sawit yang telah diolah menjadi karbon aktif mencapai Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kilogram.

"Selisihnya sangat jauh. Ini adalah potensi yang sangat luar biasa sebenarnya, harus dikelola dengan baik oleh daerah," sebutnya.

Pengusaha cangkang sawit Bengkulu, Ali Akbar mengakui selama ini pihaknya mengekspor cangkang sawit dalam bentuk mentah.

"Tapi ke depan kami juga akan mengolahnya menjadi karbon aktif. Sebab permintaan dari pasar luar negeri juga sangat tinggi," tutupnya.
 

Komentar Via Facebook :