https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Sawit Harus Diberdayakan, Bukan Diperdaya dalam Rantai Pasok

Petani Sawit Harus Diberdayakan, Bukan Diperdaya dalam Rantai Pasok

Henry Marpaung (dua dari kanan), Direktur Utama Koompasia Enviro Institute, bersama petani sawit di Aceh Tamiang. (Dok. Koompasia Enviro Institute)


Medan, Elaeis.co - Sejumlah petani sawit swadaya dengan takzim menyalami Henry Marpaung, Direktur Koompasia Enviro Institute, seusai acara peringatan 110 tahun Hari Sawit Nasional di Lapangan Kebon, Desa Karang Baru, Kecamatan Seumadam, Kamis (18/11/2021) sore.

"Mereka adalah para petani di Aceh Tamiang yang sudah kami latih tentang perkelapasawitan, termasuk bagaimana menjadi petani sawit yang tangguh, mampu menjalani sejumlah proses sertifikasi dari mulai RSPO, ISPO, dan lainnya," kata Henry kepada Elaeis.co seusai bersilaturahmi dengan para petani sawit.

Tak lama kemudian Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh, Sofyan Abdullah, dan didampingi para pengurus DPD APKASINDO Aceh Tamiang seperti M Saleh (Ketua), Mustafa Banurea, dan Agus Salim (praktisi gula merah sawit) juga mendatangi dan menyalami Henry.

"Kami sudah mendengar tentang kebaikan Pak Henry Marpaung dan Koompasia Institute ke para petani sawit, termasuk di Aceh Tamiang. Kami berharap anggota kami di kabupaten lain dibantu jugalah," kata Sofyan Abdullah.

"Siap, Pak, tidak masalah. Nanti kita diskusikan bagaimana teknis pelaksanannya," Henry membalas. Keduanya lalu bersalaman dan berpelukan. Tak lama berselang Henry pamit pulang ke Kota Medan, Sumatera Utara.

Dalam perjalanan pulang bersama rombongan, Henry Marpaung mengungkapkan banyak hal tentang kesulitan yang dialami petani sawit swadaya. 

"Misalnya, untuk ikut berbagai proses sertifikasi, bukan hal mudah bagi petani. Kami hadir di situ untuk membantu petani berdaya dan kemudian mampu mengatasi problemnya," kata Henry.

Pembicaraan sempat beberapa kali terhenti karena Henry harus menerima panggilan telepon dari para petani sawit di berbagai daerah yang telah mereka bina.

"Itu tadi ada petani sawit bertanya kapan lagi pelatihan kami gelar," ujar Henry.

Henry mengaku terus berupaya agar petani bisa diberdayakan, tidak diperdaya terus-menerus oleh pihak lain dalam rantai pasok sawit. 

Agar berjalan efektif, Henry mengatakan, Koompasia Enviro mengajak pihak lain untuk proses pemberdayaan itu. Ia mencontohkan pemberdayaan para petani sawit yang tergabung dalam UD Samin di Desa Batu Godang, Angkola Sangkunur, Tapanuli Selatan (Tapsel) yang dikerjasamakan dengan pihak PT Unilever dan PTPN III.

Atau pembinaan petani sawit yang tergabung dalam sejumlah Koperasi Unit Desa (KUD) di Desa Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), yang dikerjasamakan dengan PT Abdi Budi Mulia (ABM), salah satu perusahaan sawit swasta terkemuka di Sumatera Utara.

Henry tak memungkiri semua itu membutuhkan biaya. Namun Henry menegaskan Koompasia Enviro Institute punya cara tersendiri agar tetap ada petani sawit yang bisa menikmati secara gratis atas beragam pelatihan yang mereka berikan. 

Pihaknya menerapkan subsidi silang. Setiap lima petani yang dibiayai pembinaannya oleh perusahaan sawit, maka akan ada satu petani yang akan menjadi peserta secara gratis.

"Kayak pelatihan untuk menjadi auditor ISPO di Parapat, Simalungun, beberapa waktu lalu. Ternyata pesertanya kan 20 orang. Kami kan sudah komitmen, setiap lima peserta ada satu yang gratis,"  kata Henry. 

Maka pihaknya menghubungi sejumlah asosiasi petani sawit untuk mengirimkan satu petani menjadi peserta pelatihan tersebut secara gratis dan benar-benar dilatih dan bisa menjadi auditor ISPO.

"Kayak yang dilakukan Darto, dikirimlah satu petani sawit anggota SPKS. Begitu juga yang lainnya," kata Henry. Darto yang dimaksud Henry adalah Mansuetus Darto, Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS).

"Prinsip kami adalah petani sawit harus diberdayakan agar mampu menjadi rantai pasok yang tangguh di hadapan perusahaan sawit, bukan malah diperdayakan atau dilemahkan," tegas alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :