Berita / Nusantara /
Pabrik BioCNG Komersial Pertama di Indonesia Diresmikan
Peresmian BioCNG Plant di Langkat. foto: EBTKE Kemen ESDM
Jakarta, elaeis.co - Setelah melewati proses pembangun selama kurang lebih setahun tiga bulan, pabrik Biomethane Compressed Natural Gas (BioCNG) komersial pertama di Indonesia diresmikan Senin (22/1).
Pabrik biogas terkompresi terbesar di Asia ini dibangun di pabrik kelapa sawit (PKS) milik PT United Kingdom Indonesia Plantations yang berlokasi di Blangkahan POM, Desa Blangkahan, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pabrik itu menghasilkan 300 MMBTU biogas per hari dari limbah sawit.
Pabrik ini dibangun oleh PT KIS Biofuel Indonesia dan menjadi bagian dari rencana pembangunan 25 pabrik BioCNG dengan kapasitas masing-masing 15.500 M3 BioCNG/hari yang diperkirakan akan mengurangi emisi 3,7 juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun.
"Kami sangat mengapresiasi atas keberhasilan proyek pembangunan BioCNG Plant pertama yang telah dilaksanakan oleh KIS Group di Langkat. Diharapkan pabrik ini akan berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya dalam rangka pemanfaatan biogas menjadi energi," kata Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo dalam keterangan resmi Kemen ESDM, kemarin.
Dalam mendukung program transisi energi, menurutnya, pemerintah Indonesia melalui berbagai dokumen dan kebijakan telah menyusun target, strategi dan program pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) secara bertahap, terukur dan cepat. Diantaranya adalah dengan menetapkan target pemanfaatan EBT sebesar 23% pada tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM juga telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi fosil diantaranya terobosan yang sedang dalam tahap kajian adalah pemanfaatan biogas skala besar atau industri sebagai pengganti elpiji, yakni BioCNG atau CBG (Compressed Biomethane Gas).
Untuk mengembangkan BioCNG, Kementerian ESDM melakukan berbagai upaya seperti menerbitkan SNI 9164 Biometana untuk Bahan Bakar di tahun 2023 lalu bersama BSN, serta melakukan go live dan launching Perizinan Berusaha KBLI 35203 pengadaan gas bio yang mengampu perizinan bahan bakar biogas sebagai bahan bakar bersama Kementerian BKPM. Selain itu, Kementerian ESDM melakukan kerja sama dengan beberapa mitra dalam rangka mengembangkan Proyek BioCNG melalui proyek pembangunan plant, pengerjaan pre-feasibility study, kajian keekonomian, kajian kebijakan tata niaga dan kajian industri serta bahan baku BioCNG.
Sebagai negara dengan perkebunan sawit terluas di dunia, Indonesia mempunyai potensi pengembangan biogas yang sangat besar. Sekitar 60 persen dari pengolahan tandan buah segar sawit menjadi CPO menghasilkan limbah yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi hijau, salah satunya biogas.
Edi berharap dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, BioCNG dapat dimanfaatkan untuk menggantikan elpiji non-subsidi untuk sektor industri dan komersil, sehingga dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha Pemerintah menurunkan impor elpiji.
Sementara itu, CEO PT KIS Biofuel Indonesia, KR Raghunath, menyampaikan harapan Indonesia akan menjadi penghasil BioCNG terbesar di Asia. Pabrik itu menghasilkan 300 MMBTU BioCNG per hari dan setiap hari diangkut dengan dua truk khusus untuk memasok kebutuhan energi pabrik oleokimia milik di PT Unilever Oleochemical Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih terhadap Unilever, AEP dan KIS Group untuk dukungan yang luar biasa. Saya percaya Indonesia," ujarnya.
Managing Director PT Unilever Oleochemical Indonesia Sai Krishna mengatakan, unilever menggunakan BioCNG sebagai bagian dari komitmen mereka untuk tidak menghasilkan emisi karbon dari bahan bakar fosil pada 2030.
”Semua orang tahu bahwa industri oleokimia membutuhkan energi yang sangat besar. Penggunaan BioCNG untuk pabrik adalah bagian dari komitmen kami pada ekonomi sirkular,” tukasnya.







Komentar Via Facebook :