https://www.elaeis.co

Berita / Dewandaru /

Nilai Tambah dari Peduli Lingkungan 

 Nilai Tambah dari Peduli Lingkungan 

Wayan Supadno dengan latar belakang lahan bekas tambang yang kemudian dia ubah menjadi perkebunan kelapa sawit. foto: dok. pribadi


Berikut ini, sebuah kisah nyata yang bisa diambil ilmu hikmahnya. Jadi bahan pembelajaran kawula muda utamanya. Bisa ditiru. ATP (Amati Tiru Plek) atau ATM (Amati Tiru Modifikasi). Agar jika massal implikasinya luas.

Di daerah penambangan. Lahan terlantar gundul bekas pembalakan sekaligus bekas penambangan. Skala luas. Hanya jadi masalah puluhan tahun, selama ini. Non produktif. Kehidupan masyarakatnya juga mencerminkan tiada dapat apapun juga. 

Ke depan pasti akan jadi beban anak cucu jangka panjang jika kita tidak bermental peduli ramah lingkungan. Jika tanpa ada upaya konkret lapangan mengakhirinya. Tentu dengan cara remediasi lahan sekaligus reboisasi.

Baca juga: Jangan Ganggu PKS Mini

Pendek kata luas 1.000 hektar. Dirapikan konturnya yang sudah berantakan. Dibangun infrastruktur semampunya agar proses pembangunan lingkungan hidup fase berikutnya tanpa hambatan berarti. Tidak mudah. Tapi bisa, asal mau.

Ditanami sawit semua. Habis Rp70 juta/ha hingga umur 30 bulan panen perdana. Karena benih inovasi hasil riset Pusat Penelitian. Jadi lapangan kerja lebih dari 100 KK masyarakat sekitar. Gaji mereka bisa buat menghidupi toko pangan di kampungnya.

Selain itu, gajinya juga biasa untuk angsuran kredit rumah maupun kendaraan sepeda motor yang biasa untuk mengantar anak-anaknya sekolah. Toko pakaian juga laku keras. Ekonomi masyarakat tumbuh dinamis. Mandiri.

Biaya produksi Rp30 juta/ha/tahun. Praktis setara dengan Rp30 miliar/tahun. Untuk belanja di toko pertanian terdekat jadi supplier juga. Karena pupuk, herbisida, sarana perawatan produksi dan panen juga berlangganan.

Baca juga: Saya Pernah Miskin

Termasuk di dalamnya ada anggaran gajian karyawan tetap dan borongan 120 KK minimal Rp700 juta/bulan. Atau setara minimal Rp8,4 miliar/tahun tersebar ke masyarakat sekitar. Yang ikut berkarya dapat upah dan nilai tambah.

Karena menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar sawit) sekitar 25.000 ton/tahun atau indeks Rp2.500/kg. Merasa kurang optimal jika dijual bahan baku saja. Maka dibangun pabrik kelapa sawit asam tinggi (POME). Kapasitas 100 ton/hari.

Karena disiplin panen tiap brondol 6 butir. Maka rendemen POME bisa 37% setara 9.000 ton POME/tahun. Antri yang membeli harga Rp12.500/kg. Dapat omzet dari POME saja Rp108 miliar/tahun. POME bahan baku Biodiesel. Marketable.

Selain itu masih dapat kernel inti sawit sekitar 25.000 ton x rendemen 6% x harga Rp 6.000/kg, setara Rp900 juta/tahun. Masih dapat bonus limbah jadi energi boiler gratis dan pakan sapi gratis. Feses  urine sapi kembali ke lahan jadi pupuk sawitnya.

Kesimpulan. Karena ide gagasan bisnis peduli  lingkungan. Lahan tidur terlantar bekas tambang. Jadi subur kembali hijau asri alami. Karena mental peduli dan adaptif dengan inovasi remediasi. Enak dilihat dan dirasakan hati juga produktif jangka panjang.

Modal selain beli lahan tandus tersebut. Juga investasi Rp70 juta/ha dan modal kerja Rp30 juta/ha/tahun atau Rp30 miliar/tahun/1.000 ha. Karena investasi inovatif dapat omzet dari POME Rp108 miliar/tahun dan kernel Rp900 juta/tahun. Energi boiler dan pakan sapi gratis, penghasil pupuk gratis juga.

Masyarakat bahagia dan ekonomi tumbuh dinamis. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat juga. Karena POME komoditas ekspor maka pajak dan devisa rutin disetor ke negara untuk APBN bekal membangun bangsa. 

Kita menjaga alam agar alam menjaga kita.



 

Wayan Supadno
BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :