Berita / KELINDAN KATA /
Natal dan Kelahiran Kembali Kemanusiaan
Ilustrasi natal. foto: net
Natal sering dirayakan dengan cahaya, lagu, dan ucapan yang indah. Namun makna terdalam Natal justru tidak berhenti pada perayaan, melainkan pada sebuah pertanyaan sunyi yang menuntut kejujuran: apakah manusia bersedia melahirkan kembali kemanusiaannya—kerendahan hati, kepedulian, dan keberanian moral—dalam hidup sehari-hari?
Pertanyaan ini melampaui batas agama. Ia menyentuh inti kemanusiaan itu sendiri. Setiap tradisi besar, dengan bahasanya masing-masing, mengajarkan bahwa terang sejati bukan sesuatu yang dipamerkan, melainkan sesuatu yang dihidupi.
Lilin Natal, karena itu, bukan sekadar simbol sesaat. Ia adalah komitmen. Cahaya itu seharusnya tetap menyala dari satu Natal ke Natal berikutnya, melalui laku nyata sehari-hari.
Dalam tradisi Jawa dikenal ungkapan kelakone ilmu kanti laku: pengetahuan hanya bermakna jika menjelma dalam tindakan. Tanpa laku, ilmu menjadi hiasan; tanpa perwujudan, iman menjadi slogan. Natal mengingatkan bahwa kebenaran—apa pun namanya—tidak cukup dipahami, tetapi harus dijalani, sering kali dalam hal-hal kecil yang tidak heroik: bersikap jujur saat sulit, peduli ketika tidak menguntungkan, dan berani bersikap benar meski tidak populer.
Refleksi ini menjadi semakin relevan karena dunia terasa kian gelap, bukan semata karena kurangnya cahaya, melainkan karena cara berpikir manusia yang semakin serba instan dan reaktif.
Kita tergoda oleh jawaban cepat, emosi sesaat, dan penilaian dangkal. Padahal pencerahan justru lahir ketika manusia bersedia berpikir lebih perlahan, menahan dorongan sesaat, dan mempertimbangkan akibat jangka panjang dari setiap tindakan. Di sanalah akal bekerja sebagai penuntun, bukan sebagai pembenar nafsu.
Natal, dalam pengertian ini, adalah undangan untuk bertumbuh sebagai manusia yang utuh: bukan hanya mampu merasakan, tetapi juga berani berpikir; bukan hanya percaya, tetapi juga setia bertanggung jawab.
Terang tidak datang dari luar, melainkan lahir dari kesediaan manusia untuk terus memperbaiki cara berpikir dan cara hidupnya, hari demi hari.
Dengan cara itulah kegelapan dunia tersingkir secara perlahan.
Selamat Natal







Komentar Via Facebook :