https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Makin Hancur-hancuran Harga TBS Sawit. Ini Faktanya...

Makin Hancur-hancuran Harga TBS Sawit. Ini Faktanya...

Suasana di Pelabuhan Dumai, Riau. Dari sini juga minyak sawit di ekspor ke luar negeri, meski pekan ini masih di angka 22 ribu ton. foto: antara


Jakarta, elaeis.co - Kalau merujuk pada Reuters Rotterdam Closing yang dirilis kemarin, harga Tandan Buah Segar (TBS) Indonesia diprediksi bakal semakin hancur-hancuran. Yang paling parah itu bakal terjadi sejak September hingga Desember 2023. Di rentang itu, harga TBS diprediksi bakal berada di bawah angka Rp1000.

Itu terjadi lantaran harga ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang terus melorot. Bulan ini harga CPO CIF Rotterdam masih di angka USD980 per metrik ton. Namun pada bulan Juni, harga itu sudah turun menjadi USD 925-17,5 per metrik ton. Juli, turun lagi menjadi USD920 per metrik ton, Agustus USD910 per metrik ton, September USD 905 per metrik ton. Harga ini akan terus bertahan hingga akhir Desember 2023. 

"Di Januari, Februari hingga Mei 2024, harga itu baru mulai naik di angka USD910 per metrik ton," kata praktis ekspor minyak sawit, Tolen Ketaren kepada elaeis.co tadi pagi. 

Ketua Umum DPP Sawit ku Masa Depanku (SAMADE) ini kemudian menghitung, bila harga CPO berada di angka USD980 dengan total tarif Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE) USD224 per metrik ton, ditambah ongkos kirim USD60 per metrik ton, maka harga CPO sudah hanya berada di angka Rp9.744 per kilogram dengan kurs rupiah *Rp14000 per USD. 

"Kalau harga CPO segitu, otomatis harga TBS hanya Rp9.744 x 20% (kadar minyak/rendemen) = Rp1.948,8 per kilogram. Itu harga penetapan Dinas Perkebunan. Kalau di petani, bisa-bisa sudah di harga Rp1000. Nah, kalau harga CPO sudah di angka USD905 per metrik ton, berapa lagi harga TBS. Maka petani akan bangkrut lah, sebab biaya panen saja --- seperti saya misalnya --- sudah di atas Rp1000," terangnya. 

Baca juga: Gara-gara ini, Permintaan Minyak Sawit Dunia Lesu, Stok Ekspor Menumpuk. Petani Menjerit

Jika merunut pada hitungan Tolen tadi, maka kalau harga CPO berada di USD 905 per metrik ton, maka harga TBS akan berada di angka Rp1.892,8 per kilogram. Itu setelah dikurangi ongkos kirim CPO dan juga total BK dan PE yang mencapai USD169. Angka USD169 ini berasal dari hitungan yang tertera pada PMK 154 tahun 2022 dan PMK 123 tahun 2022.
    
Masih merujuk pada perkembangan harga yang dirilis oleh Reuters Rotterdam Closing tadi, melorotnya harga ekspor tidak hanya dirasakan oleh CPO, tapi juga minyak goreng dan RBD PO. Jika pada bulan ini harga ekspor FOB minyak goreng masih di angka USD975 per metrik ton, bulan depan sudah hanya USD885 per metrik ton dan bulan Juli USD837,5 per metrik ton. 

Sementara RBD PO, pada bulan ini masih USD967,5 per metrik ton, tapi bulan depan sudah menjadi USD877,5 per metrik ton. "Kalau dikurangi dengan BK dan PE, jadinya akan berapa?," Tolen bertanya. 
 
Sebelumnya Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengatakan, melorotnya harga minyak sawit tidak lepas dari kondisi minyak nabati lain yang semakin membaik, tidak hanya dari sisi produksi, tapi juga harga.

"Selisih harga minyak sawit kita dengan minyak nabati lain sangat tipis. Kalau sudah begini, orang akan lebih memilih membeli minyak nabati lain ketimbang minyak sawit. Faktor jarak tempuh menjadi pertimbangan utama," ujarnya. 

Menengok fenomena di atas, sederet petani sawit yang ditanya oleh elaeis.co berharap harga pemerintah segera mengambil langkah-langkah cepat dan terbaik untuk menyelamatkan harga TBS, khususnya TBS petani.    


*Catatan: Berita ini telah diedit ulang pada pukul 20:09 Wib. Mohon maaf atas kekeliruan yang ada. Redaksi

Komentar Via Facebook :