Berita / Internasional /
Ini Penyebab India Menyedot Banyak Minyak Sawit Indonesia
Pedagang gorengan pinggir jalan di India. foto: int.
Jakarta, elaeis.co – Fakta menarik ditemui dari pasar minyak sawit India. Minyak sawit Indonesia terbukti berperan penting dan berpotensi besar dalam mendiversifikasi pasokan minyak nabati di India.
Mengingat beragamnya tradisi kuliner dan preferensi makanan di India, minyak sawit dapat memberikan variasi dan harga yang terjangkau bagi konsumen sekaligus mendukung permintaan berbagai aplikasi makanan dan non-makanan karena keserbagunaannya.
Pertumbuhan populasi di India dan meningkatnya urbanisasi telah menyebabkan peningkatan konsumsi minyak nabati, dan minyak sawit Indonesia berpotensi besar memenuhi permintaan ini sekaligus memastikan pasokan minyak goreng yang stabil dan tidak terputus bagi konsumen. Hal ini diketahui dalam lawatan Delegasi Kementerian Pertanian, melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, yang diwakili Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, pada Joint Mission CPOPC di Mumbai akhir September lalu.
Berdasarkan data BPS tahun 2022, sebesar 19% ekspor CPO Indonesia ditujukan ke India. Sisanya 14% ke China, 10% ke Pakistan, 8,8% ke Uni Eropa, 6,8% ke Amerika serikat, serta ke negara-negara lain seperti Bangladesh, Malaysia, Mesir, Vietnam, dan Rusia.
“Dari fakta-fakta tersebut, terlihat potensi besar bagi Indonesia untuk terus memasok ekspor CPO ke India karena menyoroti keserbagunaan minyak sawit untuk aplikasi makanan dan non-makanan serta perlunya India untuk terus menggunakan minyak sawit dan produk-produknya,” jelas Prayudi Syamsuri, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dalam keterangan resmi Ditjenbun Kementan, kemarin.
Saat ini Pemerintah India berencana mengurangi impor minyak sawit mentah (CPO) secara signifikan dengan membuka perkebunan kelapa sawit di Negara Bagian Telangana, India bagian selatan, dengan target 2 juta hektar dalam 4 tahun ke depan (perkiraan produksi hingga 4 juta ton CPO setiap tahunnya). Meski begitu, dengan semakin meningkatnya populasi penduduk India, tentu masih sangat membutuhkan minyak sawit Indonesia. Dan perlu juga dicatat kondisi agroekosistem di India dan potensi produktivitas minyak sawit yang bisa dicapai, rasanya masih di bawah kondisi pengembangan sawit di Indonesia.
“Untuk itu perlu inovasi tepat guna yang harus kita lakukan, tidak hanya varietas atau benih unggul dengan produktivitas tinggi, juga bagaimana meningkatkan kualitas dan jaminan harga yang mampu bersaing. Di sinilah peran inovasi dan teknologi yang mau tidak mau harus segera diimplementasikan di skala pekebun sawit Indonesia agar mampu bersaing dengan CPO dari negara produsen lainnya,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, minyak sawit berperan sangat penting dalam mengatasi ketahanan pangan dan defisiensi nutrisi, menjadikannya sumber daya yang sangat diperlukan untuk kesehatan masyarakat. Minyak sawit juga semakin penting di sektor non-makanan India, seperti biofuel, kosmetik, deterjen, dan aplikasi industri. Sifat unik minyak sawit menjadikannya komponen berharga dalam produk ini.
“Potensi manfaat ekonomi dari perluasan penggunaan minyak sawit di luar industri makanan sangat besar, dapat menciptakan peluang bisnis dan lapangan kerja baru di India. Kemanfaatan minyak sawit baik untuk food maupun non food perlu ditangkap oleh pemerintah Indonesia, terutama menjadi pemasok CPO yang berkualitas dengan harga bersaing. Ini yang masih menjadi pekerjaan rumah yang harus kita perhatikan dan segera ditindaklanjuti,” ujarnya.
Dia menilai, ke depan, minyak sawit Indonesia kunci dari solusi dunia, karena berperan dalam menjamin ketahanan energi di tengah energi fosil yang akan semakin habis. Indonesia perlu memastikan bahwa minyak sawit dapat menjamin pasokan energi yang stabil dan aman, sekaligus mempromosikan alternatif energi ramah lingkungan.
"Dengan menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku produksi biofuel, dunia dapat mengurangi ketergantungannya pada impor minyak mentah yang mahal, yang dapat berdampak positif pada neraca perdagangan negara, dan berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca. Selain itu, industri kelapa sawit juga memainkan peran penting dalam memajukan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)," bebernya.
Sebagaimana diketahui bahwa pada KTT G20 tahun 2023, dibentuklah Aliansi Biofuel Global yang tentu saja menyasar minyak sawit sebagai bahan baku penting dalam bauran energi terbarukan. Minyak kelapa sawit, karena produktivitasnya yang tinggi dibandingkan tanaman minyak nabati lainnya, akan terus memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan bioenergi, terutama sebagai sumber biodiesel dan bioetanol yang dihasilkan dari biomassa kelapa sawit.
Andi Nur menambahkan, demi menjajaki peluang kolaborasi antara negara-negara anggota CPOPC dan India dalam kerangka Aliansi Biofuel Global, perlu dilakukan kerjasama mencakup kemitraan penelitian dan pengembangan, berbagi pengetahuan mengenai praktik biofuel berkelanjutan, dan inisiatif peningkatan kapasitas. Selain itu CPOPC perlu mendorong India untuk menetapkan kerangka kerja yang disepakati bersama untuk mengakui standar keberlanjutan yaitu ISPO, MSPO, dan IPOS (Indian Palm Oil Sustainability) sebagai kerangka keberlanjutan yang diakui untuk produksi dan perdagangan minyak sawit di negara-negara tersebut.
"CPOPC dan India juga perlu menyadari pentingnya bertukar pandangan dan mempertimbangkan untuk menggunakan Kerangka Prinsip Global untuk Minyak Sawit Berkelanjutan (GFP-SPO) sebagai referensi berharga dalam pengembangan sistem sertifikasi nasional India," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :