https://www.elaeis.co

Berita / PSR /

Berkebun Sawit Membuat Petani di Arso Trauma Dua Kali, Ada Apa?

Berkebun Sawit Membuat Petani di Arso Trauma Dua Kali, Ada Apa?

Kebun petani peserta PSR di Kecamatan Arso dipenuhi semak belukar. foto: ist.


Keerom, elaeis.co - Ratusan anggota Koperasi Engkawa peserta program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) merasa tertipu. Kebun sawit seluas 661 hektar milik 330 petani di empat desa di Kecamatan Arso, Kabupaten Keerom, Papua, berubah jadi semak belukar.

Salah seorang anggota koperasi, Fabianus Tafor mengatakan, pelaksanaan peremajaan mandeg padahal anggaran yang habis sudah sekitar Rp 16 milyar.

"Kita tertipu, kebun kelapa sawit kami sudah digusur tapi tidak ditanam kembali. Malah saat ini lahan petani jadi hutan muda," bebernya kepada elaeis.co, Selasa (7/5).

Menurutnya, selama ini pengurus Koperasi Engkawa hanya menjanjikan bahwa peremajaan itu pasti akan selesai. "Nyatanya, sejak pengajuan usulan tahun 2018 hingga saat ini, PSR tidak tuntas dikerjakan," sesalnya.

Baca juga: Pihak Berwenang Didesak Serius Usut PSR Mangkrak di Keerom

Kebun para petani itu dulunya adalah bekas plasma PTPN II. Usianya sudah tua meski masih ada yang berbuah. "Saat penumbangan sawit dilakukan, para petani tahu. Tapi bagaimana detil perencanaan PSR-nya, itu yang petani tidak tahu," ungkapnya.

Dia melanjutkan, saat sawitnya akan ditumbangkan, banyak petani bimbang lantaran tidak mengetahui secara persis nilai bantuan peremajaan yang diterima Koperasi Engkawa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

"Dari awal sudah dilema, petani ragu apakah kebunnya masuk dalam program peremajaan atau tidak. Karena memang langsung dikelola oleh pengurus koperasi," jelasnya.

"Lalu tiba-tiba dilakukan penumbangan, koperasi bermitra dengan sebuah perusahaan swasta di wilayah ini," sambungnya.

Dia menyayangkan pekerjaan dengan pendanaan belasan milyar tidak melibatkan pihak pemerintah daerah. "Seharusnya ada kerja sama dengan pemerintah daerah sebagai pengawas atau lainnya," katanya.

"Atau setidaknya pengurus berkumpul dan bicara dengan baik kepada petani untuk memaparkan dari mana biaya PSR itu dan berapa jumlah totalnya," imbuhnya.

Informasi yang beredar di kalangan petani, masalah ini sedang ditangani penegak hukum. Maklum, petani sudah mengadu ke sana ke mari, bahkan hingga ke Kementerian Pertanian. "Tapi rasanya penanganannya lambat. Katanya menunggu audit dari pusat," bebernya.

Fabianus dan petani lainnya berharap pengurus koperasi transparan terkait kasus ini.  "Kami ingin jelas dan terang benderang di mana masalahnya. Tapi sekarang pengurus tidak ada yang berani bertemu petani, jadi kita mau bicara apa," ucapnya.

Sejak kehilangan penghasilan dari sawit, para petani peserta PSR di Arso saat ini kebanyakan menyambung hidup dengan menanam sayur lalu dijual ke pasar.

"Kami sudah dua kali merasakan trauma berkebun sawit. Dulu ditinggal oleh PTPN II, sekarang kebun digusur tanpa ada penanaman kembali," tandasnya.



 

Komentar Via Facebook :