Berita / Sumatera /
Walau Harga Anjlok, Pekebun Sawit Bengkulu Dinilai Takkan Kere, Ini Alasannya...
Ketua KADIN Bengkulu Marwan Ramis.
Bengkulu, elaeis.co - Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Bengkulu, Marwan Ramis mengatakan, pendapatan pekebun kelapa sawit di Provinsi Bengkulu lumayan tinggi melihat luas lahan perkebunan yang dimiliki.
Bahkan menurut Marwan, jika dikalkulasi, rata-rata pekebun sawit di sana mengantongi minimal Rp36 juta per bulan dari hasil tandan buah segar (TBS).
"Kalau dihitung-hitung, rata-rata pekebun di sini bisa kantongi uang minimal Rp36 juta per bulan," kata Marwan, kemarin.
Duit segitu per bulannya bukan mustahil bagi pekebun sawit. Sebab menurut Marwan sebagian besar pekebun di Bengkulu memiliki lahan mencapai 30 hingga 50 hektare.
"Rata-rata, pekebun di sini punya lahan luas. Wajar dong kalau pendapatan mereka juga besar," tutur Marwan.
Jika dihitung-hitung, kata Marwan, dari 426 ribu hektare luas perkebunan kelapa sawit di Bengkulu, sekitar 40 persennya milik pekebun. "Artinya hampir separuh dikuasai oleh pekebun," kata dia.
Marwan menganggap, pekebun kelapa sawit bukanlah petani murni. Mereka hanya pemilik lahan dan memiliki pekerjaan lain di luar perkelapasawitan.
Maka itu, ketika harga TBS anjlok pun hingga harga jual hanya Rp 700 per kilogram, tidak begitu berpengaruh bagi pekebun.
"Bagaimana mau berpengaruh, kebun mereka luas. Kalau hasil panen dijual, seberapa pun harga mereka tetap untung," ujarnya.
Karena itu Marwan berharap pekebun di Bengkulu bisa mendirikan pabrik pengolahan TBS sawit menjadi produk minyak sawit mentah setengah jadi, agar dapat menyerap tenaga kerja lokal.
"KADIN akan selalu mendorong hal itu. Memang kami sudah ada rencana ingin bangun pabrik. Saat ini masih dalam tahap proses. Kita berharap rencana ini mendapat respon positif dari para pekebun di Bengkulu," pungkasnya.






Komentar Via Facebook :