https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

Tiru Diplomasi Panda Tiongkok, Malaysia Bakal Gunakan Hewan Ini untuk Diplomasi Sawit

Tiru Diplomasi Panda Tiongkok, Malaysia Bakal Gunakan Hewan Ini untuk Diplomasi Sawit

Seekor orangutan yang menjadi korban penembakan ditolong seorang aktivis. (Foto: suara.com)


Putra Jaya, elaeis.co - Beberapa tahun yang lalu Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sempat sukses menggelar diplomasi panda untuk kepentingan nasionalnya.

Pemerintah Malaysia berencana melakulan langkah sejenis dengan menggunakan satwa liar yang dilindungi untuk diplomasi sawit ke negara-negara pengimpor minyak sawit.

Menurut laman Reuters yang dikutip elaeis.co, Minggu (12/5/2024), adapun satwa liar dilindungi yang bakal dipakai Malaysia untuk dijadikan alat diplomasi adalah orangutan. 

Jadi, nantinya, satwa orangutan ini bakal digunakan Malaysia saat berdiplomasi dengan negara-negara yang pengimpor minyak sawit utama.

Orangutan akan ditawarkan sebagai hadiah perdagangan sawit dengan dalam upaya untuk menghilangkan kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari budidaya komoditas tersebut.

Menteri Perladangan dan Komoditas , Johari Abdul Ghani, mengatakan Malaysia akan menawarkan hadiah orangutan kepada mitra dagangnya.

Khususnya negara-negara importir berakala besar seperti Uni Eropa, India dan Tiongkok, sebagai bagian dari strategi diplomatik.

"Ini akan membuktikan kepada komunitas global bahwa Malaysia berkomitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati,” kata Johari melalui platform media sosial X pada Selasa malam.

“Malaysia tidak bisa mengambil pendekatan defensif terhadap isu minyak sawit," tukisnya lagi.

"Sebaliknya kita perlu menunjukkan kepada negara-negara di dunia bahwa Malaysia adalah produsen minyak sawit berkelanjutan dan berkomitmen untuk melindungi hutan dan kelestarian lingkungan,” Johari menambahkan.

Namun rencana Menteri Johari Abdul Ghani tersebut bukannya mendapatkan pujian dan dukungan, melainkan telah memicu kekhawatiran di kalangan kelompok aktivis pendukung satwa liar.

Mereka meminta Pemerintah Malaysia untuk mempertimbangkan langkah-langkah alternatif untuk melindungi habitat orangutan.

Sekaligus di saat yang sama, meningkatkan produksi minyak sawit berkelanjutan yang digunakan dalam industri minyak sawit.

Termasuk ke industri lain seperti industri kosmetika hingga kuliner pizza. 

Usulan ini muncul setelah Uni Eropa tahun lalu menyetujui larangan impor komoditas terkait deforestasi atau EUDR yang dapat merugikan minyak sawit. 

Malaysia yang merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, menilai EUDR sebagai undang-undang yang sangat diskriminatif .

Sebagai infornasi, satwa liar orangutan, yang dalam bahasa Melayu berarti "manusia hutan", terancam punah.

Saat ini, menurut pihak WWF Malaysia,  tercatat populasi orangutan kurang dari 105.000 di seluruh Pulau Kalimantan.

WWF Malaysia mengatakan perkebunan kelapa sawit harus menyediakan koridor satwa liar yang aman bagi orangutan.

WWF juga meminta Pemerintah Malaysia untuk menghentikan konversi hutan menjadi perkebunan, termasuk menjadi perkebunan sawit.

Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai bagaimana rencana orangutan dapat mempengaruhi upaya melindungi dan melestarikan populasi kera yang ada.

“WWF mendukung konservasi satwa liar di lapangan, dan akan mendesak agar mitra dagang dibawa ke Malaysia untuk mendukung inisiatif ini, dibandingkan mengirim orangutan ke luar negeri,” kata WWF dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Kelompok advokasi Justice for Wildlife Malaysia mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan langkah-langkah diplomasi alternatif.

Hal ini perlu dilakukan dengan alasan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai potensi dampak dan kelayakan rencana tersebut terhadap upaya konservasi lainnya.

Komentar Via Facebook :