https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Tingkatkan Hasil Produksi Lewat Regeneratif Agriculture

Tingkatkan Hasil Produksi Lewat Regeneratif Agriculture

Petani Desa Melako Intan menerapkan Regeneratif Agriculture pada tanaman sawit. Dok.Istimewa


Jambi, elaeis.co - Sebanyak 50 orang petani di Desa Malako Intan, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi, mulai mencoba penerapan Regeneratif Agriculture (RA) pada kebun kelapa sawit.

Percobaan ini bukan asal-asalan saja. Namun dipandu oleh 40 pelatih lokal yang dipimpin Aju Nofrienza. Pelatih-pelatih lokal ini juga dari empat desa di Kabupaten Tebo, yakni; Desa Sido Rukun, Desa Sido Mulyo, Desa Mekar Sari, dan Desa Sumber Sari

Mereka juga bukan sembarangan jadi pelatih. Sebab sebelumnya mereka telah mendapatkan ilmu saat pelatihan dan pembelajaran praktek pertanian regenerative Wild Asia.

Regeneratif Agriculture diajarkan untuk  melakukan pengukuran kesuburan tanah dan kecepatan resapan air dengan menggunakan berbagai alat sederhana.

"Untuk mengukur kecepatan resapan air, kami menggunakan paralon, sambil menuangkan air ke dalam paralon sepanjang kurang lebih 15 cm, kemudian mengamati waktu yang dibutuhkan sampai air habis," kata Aju Nofrienza saat berbincang dengan elaeis.co, Senin (10/6).

Setelah itu, lanjutnya, dilakukan memeriksa pada area piringan tanaman sawit seluas satu setengah meter persegi di sekitar batang. Fokusnya pada area di bawah ujung daun dan di bawah tumpukan pelepah.

"Biasanya, resapan air yang bagus itu di bawah pelepah dan di ujung daun. Semakin cepat semakin baik," jelasnya.

Selanjutnya, menggunakan sebuah alat berbentuk segiempat untuk memeriksa mikroorganisme dalam tanah, terutama cacing.

Alat-alat ini digunakan untuk melihat mikroorganisme di tanah, salah satunya cacing. Alat tersebut ditempatkan di tiga lokasi yang berbeda. Selanjutnya menyiramkan air berisi sabun ke tengah lingkaran alat tersebut, lalu menunggu selama 15 menit sebelum melihat berapa banyak cacing yang keluar.

"Semakin banyak cacing yang muncul, tanah semakin subur," katanya yang menyimpulkan hasil observasi tersebut.

 

Sementara menurut salah satu petani, Siti, penggunaan bahan organik dan mikroorganisme yang baik untuk tanah adalah kunci dalam praktik RA. Namun, selama ini, penggunaan limbah dari perkebunan seperti jangkos, kohe, urin hewan, bahkan limbah rumah tangga seperti biojus belum dimanfaatkan secara optimal. 

"Selama ini limbah-limbah ini banyak, tapi tidak dimanfaatkan. Dibuang begitu saja. Sebab bisa jadi pupuk dan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia," ujarnya.

Pemanfaatan limbah ini akan lebih baik bagi tanaman juga diamini Parwoto, pelatih lokal Regeneratif Agriculture. Bahkan hal itu pernah dibandingkannya dengan menggunakan tangkos, salah satu bahan pupuk organik.

Hasilnya, dalam demplot percontohan seluas dua hektar, produksi cenderung sama dengan pupuk kimia. Hal ini menjadi dorongan bagi petani untuk lebih antusias dalam mengadopsi praktik Regeneratif Agriculture.

“Untuk membuat petani percaya, mereka butuh contoh. Saya pikir hal ini bisa jadi contoh dalam praktik Regeneratif Agriculture," ujarnya.

Memang selama ini sudah banyak petani menggunakan tangkos untuk pupuk organik. Tapi ada yang gagal karena caranya tidak tepat.

“Biasanya petani menumpuk tangkos itu tinggi dan diletakkan ke dekat pahon melingkar. Kalau ditumpuk begitu hanya menjadi sarang hama dan jamur bagi tanaman sawit," kata Parwoto.

Sementara itu, Koordinator Lapangan Yayasan Setara Jambi, Abu Amar mengatakan pembuatan biojus juga menjadi salah satu praktik yang diterapkan petani. Biojus dibuat dari campuran limbah rumah tangga seperti buah, sayuran, dan molase (tetes tebu).

"Biojus ini dibikin karena ada molase-nya. Sebab ada kandungan gula merah dan gula pasir yang sudah tercampur di dalam air. Artinya bahan limbah rumah tangga bisa dimanfaatkan," jelasnya.

Abu Amar menegaskan bahwa praktik Regeneratif Agriculture ini pada dasarnya mengajak petani untuk berpikir secara lebih holistik dalam memanfaatkan sumber daya sekitar, mengurangi penggunaan bahan kimia, dan lebih memanfaatkan pupuk organik yang ada. Bahkan total 200 orang petani di Kabupaten Tebo sudah mendapatkan pelatihan praktik Regeneratif Agriculture.

"Sebenarnya praktik Regeneratif Agriculture ini mengajak petani swadaya untuk mengurangi atau beralih menggunakan bahan kimia, juga mengurangi penggunaan pupuk sembarangan yang tidak tepat dosis. Apalagi harga pupuk kimia relatif mahal dan susah mendapatkan, kenapa tidak memanfaatkan pupuk yang ada di sekitar kita," ujarnya.

Karena itu, Regeneratif Agriculture ini mengajak petani berpikir mengurangi penggunaan bahan kimia. Tidak berlebihan menggunakan tidak kimia.

Dalam upaya menuju pertanian yang lebih berkelanjutan, pembuatan biojus menjadi salah satu langkah awal. Prosesnya sederhana, di mana bahan-bahan seperti buah/sayuran limbah rumah tangga dan molase dicampurkan dalam botol plastik, lalu digoncangkan selama tujuh hari.

Setelah tiga bulan, biojus tersebut akan menjadi pupuk organik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Karena itu pula pertanian regeneratif di Kabupaten Tebo, menjadi model yang diadopsi oleh petani Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Karena itu pula ada dua organisai petani sawit swadaya di sana saat ini yang sudah mengantongi RSPO, yakni APBML dan FPS MRM. Di demplot percontohan di APBML yang menerapkan pemupukan menggunakan tangkos secara penuh, hasil produksi cenderung sebanding dengan penggunaan pupuk kimia.

Bahkan, terdapat potensi peningkatan produksi yang mungkin akan setara dengan hasil menggunakan pupuk kimia.

Netti, petani sawit swadaya anggota FPS MRM juga mengaku banyak manfaat yang dirasakannya setelah menerapkan praktik Regeneratif Agriculture tersebut.

“Saya menggunakan pupuk kandang kotoran sapi dan urine sapi, saya juga menanam sayuran, dan pohon gaharu di kebun itu. Kata orang di kebun sawit tidak bisa di tanam tanaman lain, tetapi asal bagus pengelolaannya ternyata bisa, asalkan menggunakan pupuk organik agar tanahnya subur. Pasti hasil tanaman lain dan produksi sawitnya tetap bagus,” pungkasnya.


 

Komentar Via Facebook :