https://www.elaeis.co

Berita / Feature /

Setelah 2 Tahun Penantian Gadis Cantik Mantan Nahkoda Pompong itu...

Setelah 2 Tahun Penantian Gadis Cantik Mantan Nahkoda Pompong itu...

Risa (tengah) diapit oleh Gulat Medali Emas Manurung dan ASN di Ditjenbun, Ririn Elfrida Manurung. foto: ist


Detak jantung perempuan 19 tahun itu sontak berpacu kencang saat menengok flyer Puncak Acara Lomba Karya Jurnalistik Sawit (LKJS) 2024 Elaeis Media Group pada berita media online di handponenya, Sabtu sore pekan lalu. 

Ada wajah yang selama ini dia rindukan untuk bisa ketemu langsung di flyer itu. Namanya Gulat Medali Emas Manurung. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP- APKASINDO).

Entah lantaran saking kagetnya, Risalatul Halimah menjadi seolah kurang percaya dan menengok ulang lagi flyer itu lebih lekat. 

"Puncak acaranya hari Senin 6 Mei 2024. Masih dua hari lagi. Ya Allah, mudah-mudahan Bapak benar-benar datang ke acara nanti," membatin jebolan Madrasah Aliyah Nurul Huda Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau ini, penuh harap. 

Sudah dua tahun belakangan sebetulnya perempuan yang karib disapa Risa ini memendam rindu bersama setumpuk rasa terimakasih darinya dan keluarga kepada Gulat. 

Lelaki yang telah menyampaikan hasrat bekas nahkoda pompong ini menjadi mahasiswi. Lelaki yang kemudian rutin mengiriminya bukti transfer uang kuliah dan biaya bulanan. 

Rutinitas itu persis selama Risa kuliah jurusan Teknik Pengolahan Sawit di Politeknik Kampar, tempat akan berlangsungnya acara LKJS 2024 yang bersempena dengan HUT elaeis.co ke-5 tadi.     

Kelompak mata gadis mungil ini perlahan menggenang. "Ya Allah..., mudah-mudahan aku bisa ketemu dengan beliau di acara nanti," youtuber#Risalatul Halimah ini membatin. 

Tak terasa pikirannya pun kembali menerawang jauh ke masa-masa dia memeluk abahnya, Misran dan emaknya, Suyati saat akan pamit ke Pekanbaru.

Tiga jam Risa membelah muara Sungai Indragiri dari kampungnya menuju Tembilahan. Di pelabuhan ibukota Kabupaten Inhil itu, Teddy Susilo, pengurus Apkasindo Inhil sudah menunggu Risa. 

Setelah bermalam di Kempas Jaya, Risa ditemani H.Teddy dan pengurus Apkasindo Inhil lainnya, bertolak ke Pekanbaru untuk bergabung dengan mahasiswa Polkam lainnya di Balai Pelatihan Pertanian, Marpoyan. 

Habis sudah kata-kata Risa untuk dirangkai sebagai ucapan terimakasih kepada APKASINDO yang telah memberinya ruang untuk menjemput masa depan. 

"Mudah-mudahan Allah memberikan balasan kebaikan yang sebesar-besarnya. APKASINDO semakin besar dan pengurusnya sehat semua. Biar petani-petani kayak kami semakin banyak tertolong," Risa berdoa. 

Kisah "Si Gadis Cantik Pemanen Sawit" yang tayang di elaeis.co pada 21 September 2022 silam menjadi pemantik Gulat menyuruh pengurus APKASINDO mencari tahu tentang Risa dan kemudian menemukan alamat perempuan itu.

Doktor ilmu agro-lingkungan Universitas Riau ini juga langsung menelpon Direktur Politeknik Kampar (Polkam), Nina Veronika, ST., M.Sc, mana tahu berkenan menerima Risa kuliah ‘beasiswa’ di sana. 

Nina rupanya langsung welcome menjemput keinginan Gulat. Risa diterima menjadi mahasiswa program Diploma IV Administrasi Bisnis Kelapa Sawit Internasional.

"Kita sepakat bekerjasama kekhususan antara APKASINDO dan Polkam. Uang bulanan dan uang kuliah ditanggung APKASINDO. Asrama dan uang pembangunan dari Polkam," Gulat merinci poin kesepakatan yang dibikin. 

Risa sendiri cuma bisa tertegun mendengar kabar indah itu, kabar yang sama sekali enggak pernah berseliweran di benaknya. 

Sebab meski punya cita-cita tinggi, Risa tahu diri. Bahwa oleh keadaanlah yang membuat dia sampai mahir menjadi tukang dodos. 

Oleh keadaan pula yang membuat dia membunuh rasa takut agar bisa sendirian mengemudikan pompong Abahnya demi menjual hasil panen sawit Abah kepada pengepul. 

"Dari kelas 1 SMP saya sudah jadi pemanen sawit di kebun kami dan mengemudikan Pompong saat akan menjual hasil panen. Waktu itu Abah mendadak sakit. Badan Abah tiba-tiba berasa berat. Sudah kami bawa berobat kemana-mana enggak sembuh," kenang Risa.  

Lantaran tahu diri tadilah makanya sewaktu dapat kabar bakal bisa kuliah, Risa tak percaya. "Ah, yang betul lah, Pak? Apa iya saya bisa kuliah tahun ini?" bergetar suara Risa di ujung telepon mendengar kabar dari elaeis.co, dua tahun lalu.  

Belum rampung dia ngomong, suaranya mendadak hilang. "Maaf Pak, sinyalnya hilang. Ini Risa baru dapat sinyal lagi," belum hilang getar suaranya.

Sinyal hilang inilah yang membikin Risa gagal ikut tes beasiswa sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Soalnya waktu itu, tes beasiswa sudah tak manual lagi, tapi sudah berbasis internet. 

Alhasil, Risa keok. Maklum, perempuan cantik ini tinggal nun jauh di Desa Teluk Kabung --- warga di sana lebih sering menyebut Parit Cahaya Muda --- Kecamatan Gaung. 

"Risa...! Risa...!" panggilan Nina, sang Direktur Politeknik Kampar pun membuyarkan lamunan Risa. Perempuan ini langsung menengok ke arah yang memanggil. 

Ada seorang lelaki bertubuh gempal bersama Nina yang hampir membikin Risa blingsatan saking girangnya. "Ini Pak Gulat, bapak angkatmu. Sini...," Nina memanggil.  
 
Ingin rasanya Risa berlari memeluk lelaki itu seperti memeluk Abahnya. Tapi sampai di depan Gulat, yang ada justru bening dari kelopak matanya yang menggelinding. 

Gulat paham apa yang sedang dirasakan Risa. Ayah dua anak ini pun menggamit dan mengusap kepala Risa. "Eh Dek Risa...,gimana kuliahmu? Kamu musti jadi yang terbaik lho, biar nanti lanjut kuliah S1," Gulat yang selalu memanggil Risa dengan 'dek' kalau sedang WA-an itu, mencoba menetralkan suasana. 

Tapi usaha itu tak sepenuhnya berbuah hasil. Hasrat yang terpendam dua tahun itu masih membikin Risa larut dalam haru. 

"Bapak..., terimaksih banyak. Walau tidak terpaut tali darah, tidak terpaut suku, bapak sudah menjadi ‘jembatan’ buat saya menggapai cita-cita. Terimakasih APKASINDO, terimakasih elaeis.co, mudah-mudahan ada lagi Risa-Risa lain yang beruntung. Bapak sehat selalu ya," bergetar suara perempuan ini saat menyalami Gulat, yang disalami pun nyaris larut dalam haru Risa.


 

Komentar Via Facebook :