https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Seleksi Beasiswa Sawit Kembali Picu Masalah. Petani Ancam Demo ke Jakarta

Seleksi Beasiswa Sawit Kembali Picu Masalah. Petani Ancam Demo ke Jakarta

Ketua DPW Apkasindo Papua, Albert Yoku, saat memfasilitasi anak-anak petani sawit papua ikut seleksi Beasiswa Sawit. Foto: ist


Jakarta, elaeis.co - Dua hari belakangan ponsel Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apksindo), Dr. Gulat Medali Emas Manurung, sudah kayak call center. 

Pesan singkat, bahkan telepon langsung berdatangan dari 146 DPD dan 22 DPW Apksindo se-Indonesia. Pokok persoalan hanya satu; seleksi Beasiswa Sawit dianggap sangat tidak berpihak pada petani sawit.

Saking banyaknya keluhan itu, lelaki 49 tahun ini pun menyimpulkan pertanyaan itu menjadi 10;

1. Mengapa anak- kami enggak lulus beasiswa? Kan sudah lolos verifikasi Disbun Prov ABCDEF...";
2. Kami sangat membutuhkan anak-anak kami untuk membantu kebun hasil PSR kelak;
3. Masak provinsi kami hanya lulus 1 orang Ketum?
4. Provinsi kami no 3 terluas kebun sawit, masak cuma 17 orang yg lulus?;
5. Untuk apa dibuat tes kalau kek gini jadinya;
6. Anak-anak kami sudah bersusah payah ikut seleksi full online yang seleksinya kayak LIGA INGGRIS, pada akhirnya enggak lulus. Ada apa ini Ketum?;
7. Kedepan biar masing-masing kampus saja yang seleksi, enggak usah pakai LPP Yogya sebagai konsultan tunggal penseleksi Ketum;
8. Kami dari Tanah Papua bukan minta diistimewakan, tapi beri anak-anak kami kesempatan utk mengejar ketertinggalan SDM Sawit dari dana Sawit;
9. Kami DPD ABCD... akan ke Jakarta mengadukan nasib anak-anak kami ke Presiden dan Wapres.
10. Ketum, tes ini untuk siapa sebenarnya ? Kan untuk anak-anak petani (special line) dengan segala keterbatasannya, kenapa tes nya seperti mau seleksi Manager Kebun PTPN?

Sebetulnya, kisruh seleksi beasiswa Sawit ini tidak sekali ini saja terjadi, bahkan sudah berkali-kali. Kisruh ini mencuat setelah proses seleksi Beasiswa Sawit diserahkan kepada Asosiasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Sawit Indonesia (Alpensi).

Tahun ini, Alpensi tak dilibatkan, tapi menunjuk langsung PT. LPP Agro Nusantara Yogya sebagai penyelenggara. Tidak jelas apa yang menjadi pertimbangan penunjukan langsung ini dilakukan. 

"Kami sudah berulangkali meminta kepada Ditjenbun agar proses seleksi diserahkan kepada masing-masing kampus penyelenggara beasiswa sawit ini. Tapi tetap saja keukeuh dengan maunya sendiri," rutuk Gulat.

Padahal kata auditor Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ini, esensi dari beasiswa sawit ini adalah untuk meningkatkan SDM anak-anak petani sawit, bukan seleksi orang pintar kayak untuk beasiswa pada umumnya.

"Kalau sudah seperti ini (kisruh), siapa yang repot? Saya enggak akan menghalangi pengurus Apkasindo mengadukan persoalan ini ke Jakarta. Malah saya dukung, termasuk meminta aparat penegak hukum mengaudit penyelenggara beasiswa ini," tegasnya. 

Tak hanya Apkasindo yang keberatan dengan proses seleksi Beasiswa Sawit ini. Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) juga sangat berkeberatan dengan model seleksi Beasiswa ini.

"Sebab banyak juga anak-anak petani kami yang tidak lulus meski sudah sampai pada tahap wawancara," kata Wakil Ketua Umum SAMADE, Suroso.

Sama seperti Gulat dan Suroso, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEK-PIR) juga keberatan. 

"Saya enggak habis pikir dengan metode seleksi Beasiswa Sawit  tahun ini. Tahun lalu sudah di protes, tapi dari awal seleksi tetap juga full online. Emangnya di kampung-kampung sana ada jaringan internet yg mumpuni?" Triantana, pengurus ASPEK-PIR Riau ini ngedumel. 

Dan...omongan sumir seperti ini kemudian berseliweran,"Keledai saja enggak mau dua kali masuk ke lubang yang sama," alamaaak...


 

Komentar Via Facebook :