Berita / Nasional /
Sawit Diperebutkan Pasar! Pangan, Energi, dan Ekspor Butuh Produksi Maksimal
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda. Dok.Istimewa
Jakarta, elaeis.co - Persaingan untuk bahan baku sawit semakin ketat. Pelaku industri pangan, industri energi, dan eksportir kini bersaing memperebutkan komoditas yang menjadi andalan Indonesia ini.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan bahwa fenomena ini bukan tanpa alasan. Pemerintah saat ini tengah mendorong program biodiesel B40 menjadi B50 yang direncanakan mulai awal 2026. Artinya, penggunaan sawit untuk energi akan semakin meningkat.
“Industri pangan juga memerlukan pasokan sawit lebih besar seiring meningkatnya populasi manusia. Belum lagi permintaan dari luar negeri yang terus bertambah,” jelas Nailul Huda usai diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Jakarta, Senin (8/9).
Kondisi ini diperkuat dengan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam meraih kemenangan sengketa perdagangan dengan Uni Eropa (UE) terkait penerapan countervailing duties atau bea imbalan terhadap impor produk biodiesel dari Indonesia. Panel World Trade Organization (WTO) memutuskan kemenangan Indonesia pada 22 Agustus 2025, yang membuka peluang ekspor sawit lebih luas.
Menurut Nailul Huda, situasi ini menegaskan bahwa produksi sawit harus ditingkatkan secara maksimal agar mampu memenuhi semua kebutuhan: pangan, energi, dan ekspor. Salah satu solusi nyata yang bisa dilakukan adalah melalui Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
“PSR menjadi langkah strategis untuk menambah produktivitas kebun sawit rakyat. Dengan pohon sawit yang lebih muda dan produktif, kita bisa menjawab kebutuhan domestik dan global sekaligus,” lanjutnya.
Program PSR yang digulirkan pemerintah terbukti dapat memperbarui kebun sawit yang sudah tua dan tidak produktif, sehingga hasil panen meningkat. Dengan begitu, pasokan sawit untuk biodiesel, industri pangan, dan ekspor dapat tercukupi tanpa menimbulkan perebutan sumber daya yang berlebihan.
Nailul Huda menekankan, keberhasilan PSR dan peningkatan produksi sawit akan menjadi kunci daya saing Indonesia di pasar global. “Dengan produksi sawit yang maksimal, Indonesia bisa menjaga stabilitas pasokan domestik sekaligus memperkuat posisi ekspor di kancah internasional,” pungkasnya.
Dengan kondisi permintaan sawit yang terus meningkat dari berbagai sektor, langkah strategis seperti PSR menjadi solusi tepat untuk menjawab kebutuhan nasional dan global, sekaligus menjaga keberlanjutan industri sawit Indonesia.







Komentar Via Facebook :