Berita / Nasional /
RSPO: Tanpa Pembeli Peduli, Petani Sawit Sulit Maju
Ilustrasi - pembeli minyak goreng
Kuala Lumpur, elaeis.co - Industri kelapa sawit berkelanjutan tidak hanya soal bagaimana petani menanam dan memanen sawit. Dukungan dari pembeli minyak sawit juga menjadi kunci agar keberlanjutan benar-benar berjalan.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Market Transformasi RSPO, Inke Van Der Sluijs, saat kegiatan Palm Oil Tour RSPO 2025 di Sandakan, Sabah, Malaysia, 6-8 November 2025.
Menurut Inke, keberhasilan industri sawit berkelanjutan tidak mungkin tercapai tanpa kerja sama dari berbagai pihak, termasuk produsen, perusahaan, dan konsumen.
“Pembangunan minyak sawit berkelanjutan membutuhkan kolaborasi multi pihak agar benar-benar berhasil,” ujarnya.
RSPO, yang berdiri sejak 2004, telah membawa perubahan besar pada rantai pasok sawit global. Kini, tidak hanya perusahaan besar yang terlibat, tetapi juga petani kelapa sawit swadaya yang semakin aktif menerapkan praktik pertanian berkelanjutan.
Data RSPO menunjukkan, lebih dari 85% produksi sawit dunia berasal dari Indonesia dan Malaysia. Produksi ini digunakan dalam berbagai produk, mulai dari minyak goreng, margarin, hingga kosmetik, deterjen, dan produk perawatan pribadi yang ramah lingkungan.
Inke menekankan, keberhasilan transformasi ini hanya bisa dipertahankan jika para pembeli sawit berkelanjutan tetap menunjukkan komitmennya melalui pembelian dan dukungan jangka panjang.
“Petani kelapa sawit swadaya membutuhkan dukungan kuat dari berbagai pihak agar terus berkembang di masa depan,” katanya.
Tanpa dukungan pasar yang konsisten, kata Inke, semangat keberlanjutan di tingkat petani akan sulit bertahan. “Keberlanjutan sejati tidak hanya diukur dari bagaimana minyak sawit diproduksi, tetapi juga dari bagaimana pasar meresponsnya dengan tanggung jawab,” tutupnya.
Kegiatan RSPO kali ini menunjukkan bahwa sawit berkelanjutan bukan sekadar jargon. Keberhasilan di lapangan membutuhkan sinergi nyata antara petani, produsen, dan pembeli.
Dengan dukungan pasar yang stabil, industri sawit Indonesia dan Malaysia bisa terus berkembang sekaligus menjaga lingkungan dan masyarakat lokal.







Komentar Via Facebook :