https://www.elaeis.co

Berita / Sosok /

Rayakan Ulang Tahun ke 99, Ini Jejak Soedjai Kartasasmita, Perintis Plasma hingga Raja Hilirisasi Sawit

Rayakan Ulang Tahun ke 99, Ini Jejak Soedjai Kartasasmita, Perintis Plasma hingga Raja Hilirisasi Sawit


Jakarta, elaeis.co - Dunia perkebunan Indonesia hari ini kembali menoleh pada satu nama besar. Ialah Soedjai Kartasasmita. 

Tepat di usianya yang ke-99 tahun, sosok yang dijuluki Begawan Perkebunan Indonesia ini diperingati sebagai tokoh sentral yang ikut membentuk wajah industri sawit, gula, hingga kemitraan perkebunan rakyat seperti yang kita kenal sekarang.

Lahir di Cilacap, Jawa Barat, pada 26 November 1926, Soedjai adalah figur yang hidupnya betul-betul dipersembahkan untuk perkebunan. 

Mulai dari perusahaan milik negara hingga perusahaan swasta, dari reformasi manajemen hingga proyek infrastruktur perkebunan, jejaknya panjang dan dalam. 

Nama Soedjai melekat kuat pada sejarah kemitraan plasma, model yang hari ini menjadi tulang punggung perkebunan rakyat di sektor kelapa sawit. 

Pada 1980, melalui proyek di Ophir, Sumatra Barat, ia memperkenalkan konsep kemitraan inti-plasma yang kemudian menempatkan petani sebagai bagian dari rantai nilai perkebunan modern. 

Konsep itu terbukti sukses, dan dalam beberapa dekade berkembang menjadi skema yang diadopsi nasional.

Banyak pelaku industri menyebut inisiatif plasma sebagai salah satu warisan terbesar Soedjai karena membuka peluang ekonomi bagi ratusan ribu keluarga petani.

Di sektor pergulaan, kontribusi Soedjai tak kalah besar. Ia memimpin rehabilitasi 42 pabrik gula di Jawa, sebuah pekerjaan kolosal yang memperbaiki kinerja industri gula nasional yang saat itu menghadapi banyak tantangan.

Tidak hanya memperbaiki, ia juga mendorong pembangunan sembilan pabrik gula baru di Jawa, Sumatra, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Langkah masif ini memperluas kapasitas produksi gula nasional sekaligus memperkuat fondasi modernisasi industri.

Hilirisasi mungkin baru jadi kata populer dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir, tapi Soedjai sudah berada di sana jauh lebih dulu. Pada 1977, ia menginisiasi pembangunan pabrik minyak makan berbahan baku kelapa sawit sebagai solusi atas kelangkaan kelapa untuk minyak goreng.

Pada masa itu, langkah ini terbilang berani dan visioner. Namun dari sinilah cikal bakal industri minyak goreng sawit Indonesia tumbuh hingga menjadi salah satu pemain penting di pasar global.

Soedjai menempuh pendidikan perkebunan di berbagai negara dan memanfaatkan jejaringnya untuk membuka ruang kerja sama internasional. Lewat kolaborasi teknologi, pertukaran riset, hingga pelatihan tenaga ahli, ia ikut mendorong peningkatan kemampuan SDM perkebunan Indonesia.

Generasi muda, terutama profesional di sektor sawit banyak diuntungkan oleh program pelatihan yang ia fasilitasi bersama negara lain.

Di luar itu, ia juga termasuk yang mempromosikan energi terbarukan dari limbah sawit, khususnya pemanfaatan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik ramah lingkungan. Ide ini tak hanya mengurangi limbah, tapi juga memperkuat efisiensi industri.

Meski kini hampir berusia satu abad, Soedjai masih aktif memimpin sebagai Ketua Umum Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatra (BKS-PPS). Para pelaku industri menyebutnya sebagai “kamus hidup perkebunan Indonesia”.

Perayaan ulang tahun ke-99 tahun ini bukan hanya soal usia panjang, tetapi juga tentang menghormati seorang tokoh yang membangun pondasi penting bagi perkebunan modern, dari plasma, gula, hingga hilirisasi sawit.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :