Berita / Nasional /
Pupuk Injeksi Masih Perlu Pendalaman
Ilustrasi-tanaman kelapa sawit.(dok. Elaeis)
Jambi, elaeis.co - Pupuk injeksi kini digadang-gadang menjadi pilihan alternatif bagi petani kelapa sawit. Sebab harga pupuk kimia non subsidi saat ini masih melambung tinggi.
Dari informasi yang ada sistem pupuk ini dapat menghemat biaya operasional hingga 60 persen dan meningkatkan hasil kebun kelapa sawit sebesar 5-20 persen. Tentu jika ini benar, tidak kecil kemungkinan petani dan perusahaan kelapa sawit akan beralih menggunakan cara pemupukan ini ketimbang pupuk kimia.
Namun, menurut Ketua Bidang Advokasi dan Hukum DPW APKASINDO Jambi, Dermawan Harry Oetomo, sistem itu sebetulnya sudah tidak asing lagi bagi petani, khususnya di wilayah Jambi. Bahkan produsen pupuk cair juga sudah sering lakukan sosialisasi.
"Tetapi secara logika yang harus dipikirkan adalah secara teknis sampai berapa lama ketahanan pupuk cairnya itu," bebernya saat berbincang bersama elaeis.co, Sabtu (3/12).
Bukan hanya itu, ia juga belum mengetahui dampak positif pupuk tersebut terhadap produksi kebun kelapa sawit yang ada. Petani sejauh ini juga belum mengetahui reaksi pupuk tersebut dapat diketahui berapa lama setelah digunakan.
"Kemudian, apakah pupuk itu akan berdampak langsung terhadap tanah yang jika menggunakan pupuk biasa akar akan menyerap lewat tanah dan dikirim ke seluruh bagian tanaman? Harus ada kajian yang dalam juga," tuturnya.
"Jadi bukan karena murah maupun sistem teknologi yang digunakan, tapi apa dampak nyata penggunaan pupuk itu," paparnya.
Bahkan di tempat terpisah, menurut Sekretaris DPW APKASINDO Kaltim, Daru Widiyatmoko, pupuk injeksi tersebut justru tidak potensial diterapkan. Malah lelum banyak dilakukan petani di Kaltim tempat domisilinya.
Dari pengamatannya, sistem pemupukan injeksi ini justru hasil produksi kebun tidak maksimal, malah cenderung kecil. Terlebih jika dibandingkan dengan cara pemupukan kimia non subsidi pupuk NPK Pelangi, Mahkota, Mutiara, Hi Kay dan sebagainya.







Komentar Via Facebook :