https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Prof Bungaran: Koperasi Jadi Senjata Petani Sawit Hadapi Perusahaan Besar

Prof Bungaran: Koperasi Jadi Senjata Petani Sawit Hadapi Perusahaan Besar

Prof. Dr. Bungaran Saragih. Dok.Istimewa


Jakarta, elaeis.co - Industri sawit Indonesia terus tumbuh pesat, dari hulu hingga hilir. Namun di balik kemajuan itu, jutaan petani sawit masih berada pada posisi lemah ketika berhadapan dengan perusahaan besar. 

Guru Besar sekaligus mantan Menteri Pertanian, Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec, menegaskan bahwa satu-satunya cara agar petani tidak terus terpinggirkan adalah dengan memperkuat kelembagaan melalui koperasi.

“Kalau petani ingin memperbaiki nasib maka berkoperasilah,” ujar Prof. Bungaran, Kamis (25/9).

Menurutnya, koperasi bukan sekadar wadah kumpul-kumpul, melainkan senjata bagi petani sawit untuk menghadapi dominasi perusahaan besar. Dengan bergabung dalam koperasi, petani bisa meningkatkan posisi tawar, bernegosiasi lebih adil, bahkan masuk ke rantai nilai hilirisasi. 

Petani tidak lagi hanya menjual Tandan Buah Segar (TBS) dengan harga rendah, tetapi juga berpeluang mendapatkan keuntungan dari produk turunan minyak sawit yang nilai ekonominya jauh lebih tinggi.

Prof. Bungaran menekankan bahwa industri kelapa sawit Indonesia kini semakin terintegrasi. Korporasi besar sudah punya peta jalan dari hulu ke hilir, sementara petani kecil sering kali tertinggal. Karena itu, koperasi menjadi jalan untuk menyatukan kekuatan agar petani bisa ikut masuk ke arena yang sama. “Melalui integrasi yang semakin kuat antara koperasi dan korporasi, perekonomian level mikro, menengah, dan besar di industri sawit bisa semakin berkembang,” jelasnya.

Ia menyebut, koperasi adalah solusi saling menguntungkan. Petani mendapat akses pasar dan nilai tambah, sedangkan perusahaan besar mendapat mitra yang lebih solid dalam rantai pasok. “Dengan berkoperasinya petani, maka itu adalah win-win solution,” tegasnya.

Pernyataan Prof. Bungaran sejalan dengan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang menekankan arti penting koperasi sebagai bentuk gotong royong ekonomi. Prabowo bahkan mengibaratkan koperasi seperti seikat lidi. “Satu lidi lemah, tidak kuat. Tapi kalau puluhan lidi, atau bahkan ratusan dijadikan satu, ini adalah alat yang bisa membantu kita,” ungkapnya.

Di tengah tantangan harga TBS yang fluktuatif, praktik kecurangan di pabrik kelapa sawit (PKS), hingga persyaratan ketat pasar global, koperasi menjadi perisai sekaligus senjata petani sawit. Melalui koperasi, petani bisa memperkuat akses pembiayaan, mendapatkan pelatihan, memperbaiki kualitas produksi, hingga menembus program sertifikasi berkelanjutan seperti ISPO atau RSPO yang menjadi tiket utama ekspor.

Prof. Bungaran pun menutup dengan penegasan bahwa koperasi adalah jawaban atas ketimpangan di industri sawit. “Petani harus punya senjata menghadapi perusahaan besar, dan senjata itu bernama koperasi,” pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :