https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Produksi Kelapa Sawit di Mukomuko Anjlok

Produksi Kelapa Sawit di Mukomuko Anjlok

Hasil panen kebun sawit di Mukomuko dikumpulkan sebelum dibawa ke pabrik. foto: MC Mukomuko


Bengkulu, elaeis.co - Produksi petani kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, turun drastis pada tahun ini. 

Sub Koodinator Kemitraan dan Perizinan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Sudianto, mengatakan, produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik petani saat ini rata-rata hanya mencapai 300 kilogram hingga 700 kilogram per hektare tergantung umur sawit.

"Padahal biasanya produksi sawit di Kabupaten Mukomuko mencapai satu hingga 1,5 ton per hektare," kata Sudianto, Minggu (12/3).

Menurutnya, penurunan produksi kelapa sawit disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk cuaca dan teknis budidaya. Saat ini banyak petani yang tidak melakukan melakukan perawatan kebun dengan baik, seperti pemupukan dan pemangkasan yang tepat waktu. 

"Banyak faktor yang menyebabkan produksi menurun, salah satunya karena pemupukan yang jarang dilakukan," ujarnya.

Pemerintah daerah berencana untuk memberikan bantuan kepada petani kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko untuk meningkatkan produksi. Seperti pelatihan teknis budidaya, penyediaan bibit unggul, dan dukungan dalam pengelolaan limbah sawit. Hal ini diharapkan bisa membantu petani kelapa sawit meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.

"Meskipun petani kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko mengalami penurunan produksi yang signifikan, masih ada harapan untuk memperbaiki situasi. Dengan dukungan teknologi dan kebijakan yang tepat, serta peran aktif petani dalam meningkatkan teknis budidaya, produksi kelapa sawit bisa kembali naik dan mendorong kesejahteraan petani," tukasnya.

Petani di Kabupaten Mukomuko mengeluhkan dampak ekonomi dari penurunan produksi kelapa sawit. Sebab, saat ini harga kelapa sawit terus naik.

Abdullah, seorang petani sawit setempat mengatakan bahwa dia kehilangan sekitar Rp 7 juta akibat produksi kebunnya yang anjlok. "Harga sedang bagus, tapi hasil panen terus menurun," ujarnya.

Sementara itu, Dr Arief Sabdo Yuwono, ahli agroforestry dan pangan dari Universitas Bengkulu menyarankan agar petani lebih memperhatikan teknis budidaya dan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Salah satu cara yang diusulkan adalah dengan menggunakan pupuk organik dan mengelola limbah sawit sebagai sumber energi.

"Petani harus belajar untuk memanfaatkan pupuk organik dan mengelola limbah sawit. Dengan begitu, mereka bisa meningkatkan produktivitas tanaman sawit dan mengurangi dampak lingkungan," tuturnya.
 

Komentar Via Facebook :