https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Produksi CPO Nasional Hanya 4 Ton/Hektar, Pemerintah Kebut Program PSR Kemitraan

Produksi CPO Nasional Hanya 4 Ton/Hektar, Pemerintah Kebut Program PSR Kemitraan

Foto bersama usai kick off tanam perdana PSR jalur kemitraan di Kampar. Foto: Syahrul/Elaeis


Kampar, elaeis.co - Meskipun Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia, namun industri ini masih memiliki produktivitas yang cukup rendah. 

Saat ini, petani kelapa sawit Indonesia yang menguasai 42% komposisi pelaku industri kelapa sawit nasional, memiliki ketimpangan produktivitas yang sangat tajam dibandingkan dengan perusahaan kelapa sawit.

Untuk itu, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), terutama jalur kemitraan, menjadi salah satu kunci agar industri yang menopang perekonomian Indonesia ini dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi kesejahteraan bangsa.

“Produktivitas sawit nasional baru mencapai 3-4  ton per hektar setara CPO. Jika tidak ada terobosan dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit, maka masa depan industri kelapa sawit Indonesia akan terancam,” tegas Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementrian Pertanian, Andi Nur Alamsyah, saat menyampaikan sambutannya dalam acara kick off tanam perdana percepatan PSR jalur kemitraan binaan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Senin (18/9).

Andi menjelaskan, lahirnya Peraturan Presiden Republik Indonesia atau Perpres nomor 3 tahun 2022 yang mengakomodir PSR melalui jalur kemitraan --di samping jalur dinas-- merupakan bukti langkah serius pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit  nasional.

“Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budidaya, akses pasar dan pemetaan kepada para petani binaannya," ucap Andi.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman menyatakan program PSR yang telah bergulir sejak 2016 telah memberikan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit petani, namun belum berjalan dengan optimal. 

Untuk itu, menurut Eddy, terlibatnya peran perusahaan sebagai bapak asuh diharapkan dapat menyukseskan target PSR yakni 500 ribu hektar/tiga tahun atau sekitar 1800 hektar/tahun.

“Sejak 2016 hingga Agustus tahun ini, BPDPKS telah menyalurkan dana PSR sebesar Rp8,8 triliun dan tahun ini telah melakukan PSR lebih dari 1.700 ribu hektar yang terdiri dari tujuh proposal PSR kemitraan," katanya 

Saat ini, menurut Eddy, ada 17 proposal PSR kemitraan yang sedang dikaji dan dengan capaian implementasi PSR hingga quartal tiga ini, maka kami yakin dapat memenuhi target 500 ribu hektar.

Sepakat dengan pemerintah, Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menyatakan pentingnya tata kelola berkelanjutan serta program PSR oleh petani. 

Menurut Eddy, peningkatan produksi kelapa sawit nasional sangat urgen mengingat dalam lima tahun terakhir produksi sawit nasional mengalami stagnansi, sedangkan permintaan atau konsumsi terus meningkat.

“Kami sangat serius dengan program PSR jalur kemitraan ini, seluruh anggota GAPKI berkomitmen untuk menjalankan program ini,” tegas Eddy.

“Program ini selain untuk meremajakan tanaman petani yang sudah tua, juga membantu para petani untuk dapat melakukan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sehingga sebagai hasil akhirnya adalah peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawitnya," imbuhnya.
 

Komentar Via Facebook :