https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Petani Sawit di Ujung Timur Indonesia Ini Keluhkan Tingginya Harga Pupuk dan Obat-obatan

Petani Sawit di Ujung Timur Indonesia Ini Keluhkan Tingginya Harga Pupuk dan Obat-obatan

Saferius Pare, petani sawit di Rantau Pulung, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. (Foto: Rasfina)


Jakarta, elaeis.co - Meski harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terbilang lumayan bergairah, namun tingginya harga pupuk dan obat-obatan saat ini sangat dikeluhkan para petani di Kalimantan Timur.

Sebab jika dipikir-pikir, harga pupuk nonsubsidi saat ini memang luar biasa. Kenaikannya di atas 85 persen jika dibanding awal 2022 lalu.

"Harga pupuk dan obat-obatan naik cukup signifikan. Kalau pupuk naiknya hanya Rp5-Rp10 ribu, tak begitu masalah. Ini tidak, kenaikannya mencapai 85 persen," kata Saferius Pare, petani sawit di Rantau Pulung, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur kepada elaeis.co, dua hari lalu.

Ia mengatakan, tingginya harga itu sangat memberatkan para petani. Meski harga TBS sawit saat ini juga terbilang lumayan tinggi.

"Meski harga sawit lumayan, tapi sama saja. Sebab, harga pupuk dan obat-obatan naik. Jadi, tidak begitu berpengaruh terhadap penghasilan petani dengan kenaikan harga TBS saat ini," ujar ayah dua anak tersebut.

Jenis pupuk nonsubsidi yang mengalami kenaikan harga antara lain urea dari harga Rp350 ribu per karung isi 50 kilogram, saat ini berkisar Rp800-an ribu. Begitu juga dengan obat-obatan, kenaikan harganya sekitar Rp25 ribuan.

Menurutnya, kenaikan harga ini harus segera diintervensi pemerintah sebab petani akan merugi. "Kita berharap agar Pak Presiden mendengar keluhan petani. Tolong harga pupuk dan obat-obatan diturunkan. Sebab mahalnya minta ampun," pungkasnya.
 

Komentar Via Facebook :