https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Sawit di Bengkulu Mesti Kurangi Ketergantungan Pupuk Kimia

Petani Sawit di Bengkulu Mesti Kurangi Ketergantungan Pupuk Kimia

Ilustrasi - perkebunan kelapa sawit.


Bengkulu, elaeis.co - Petani kelapa sawit di Bengkulu harus mengurangi ketergantungan pupuk kimia dan beralih menggunakan organik karena lebih baik.

Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Usin Abdisyah Putra Sembiring mengatakan, pupuk organik ramah lingkungan, beda halnya dengan kimia yang jika digunakan secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan tanah.

"Pupuk organik yang dipraktikkan oleh petani kelapa sawit di Bengkulu bisa mengurangi 70 hingga 90 persen penggunaan pupuk kimia, hal itu sungguh sangat luar biasa," kata Usin, Senin (7/8).

Usin mengaku, banyak petani di Bengkulu telah menerapkan penggunaan pupuk organik ke tanaman kelapa sawit. Meski begitu, pemerintah belum menyediakan pupuk organik dalam skala besar ke petani. Kebanyakan petani di Bengkulu mendapatkan pupuk organik dari hasil pengolahan secara mandiri.

"Makanya kami minta ke pemerintah daerah setempat agar bisa membantu petani kelapa sawit mengadakan pupuk organik di daerahnya masing-masing," tutur Usin.

Menurut Usin, saat ini pemerintah daerah melalui OPD terkait dalam hal ini Dinas Pertanian mulai mengkampanyekan alternatif dari persoalan dicabutnya pupuk subsidi beralih ke organik. Tetapi untuk beralih ke pupuk organik tidak semudah telapak tangan, oleh sebab itu pemerintah jangan berputus asa untuk terus mengkampanyekan hal tersebut ke petani.

"Saya mendorong dinas mau tidak mau harus mengambil langkah menerapkan bahan organik ke petani kelapa sawit di Bengkulu. Jangan putus asa lakukan terus sampai petani bisa menggunakan pupuk ini," tuturnya.

Disamping merespon penggunaan pupuk, dia juga menyinggung persoalan mahalnya harga pupuk non subsidi yang timpang dengan hasil produksi pertanian. Seharusnya pemerintah juga perlu mencermati kemampuan petani, sehingga harganya terjangkau.

"Jangan lantas subsidi dikurangi atau bahkan tidak ada jatah. Kalau non-subsidi itu harganya satu karung hampir Rp 650 ribu, tentu itu velu. bisa dikatakan terjangkau," tutupnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :