https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Sawit Bengkulu Utara Tolak Tambang Batu Bara

Petani Sawit Bengkulu Utara Tolak Tambang Batu Bara

Tambang batu bara di tengah kebun sawit. foto: ist.


Bengkulu, elaeis.co - Petani sawit di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, mengecam dan menolak keras keberadaan tambang batu bara di daerah itu.

Petani sawit di Bengkulu Utara, Siswandi mengatakan, tambang batu bara merupakan ancaman serius terhadap kehidupan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.

"Kami dengan tegas menolak keberadaan tambang batu bara. Kami sebagai petani sawit telah merasakan dampak negatif yang signifikan akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab. Tambang batu bara telah menghancurkan lahan pertanian kami dan mengganggu ekosistem yang sudah ada selama puluhan tahun," kata Siswandi, Rabu (24/5).

Aktivis lingkungan Bengkulu, Ali Akbar, mengatakan, tambang batu bara tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga menjadi penyebab utama banjir di Bengkulu.

"Ketika hutan yang melindungi daerah aliran sungai ditebang untuk membuka lahan tambang, kemampuan alam untuk menyerap dan menahan air menurun secara signifikan. Ini menyebabkan munculnya genangan air dan meluap saat hujan lebat, memicu banjir yang merusak pemukiman dan merugikan masyarakat setempat," ujarnya.

Ia juga menilai tambang batu bara dalam jangka panjang akan menggerus mata pencaharian petani di daerah. "Saat lahan pertanian rusak akibat penambangan, petani kehilangan penghasilan dan sumber kehidupan," tukasnya.

"Pemerintah harus mempertimbangkan kesejahteraan petani dan keberlanjutan lingkungan sebelum memberikan izin tambang batu bara," tambahnya.

Tambang batu bara juga merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang signifikan. Pada saat yang sama, pencemaran udara dan air akibat aktivitas tambang berdampak buruk pada kesehatan manusia dan ekosistem lokal. 

"Kita harus memprioritaskan energi terbarukan dan berinvestasi dalam solusi berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif ini," ujar Ali.

Dia meminta pemerintah dan perusahaan tambang batu bara mendengarkan suara masyarakat Bengkulu dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari usaha tersebut.

"Petani dan masyarakat setempat tidak boleh menjadi korban dari kepentingan ekonomi yang singkat dan merusak," tutupnya.
 

Komentar Via Facebook :