https://www.elaeis.co

Berita / PSR /

Peremajaan Sawit Rakyat, Janji Produktivitas Dua Kali Lipat yang Masih Sulit Terwujud

Peremajaan Sawit Rakyat, Janji Produktivitas Dua Kali Lipat yang Masih Sulit Terwujud

Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa Kemenko Bidang Perekonomian, Dida Gardera.


Jakarta, elaeis.co - Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) digaungkan sebagai kunci meningkatkan produktivitas kelapa sawit Indonesia hingga dua kali lipat. 

Tapi menurut Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa Kemenko Bidang Perekonomian, Dida Gardera, janji ini masih menghadapi banyak tantangan di lapangan.

Indonesia memiliki sekitar 16,38 juta hektar lahan sawit. Dari total tersebut, 53 persen dikelola swasta, enam persen oleh BUMN, dan sisanya sekitar 41 persen oleh petani swadaya. 

“Produktivitas sawit rakyat saat ini rata-rata masih di bawah empat ton per hektar, sementara perusahaan besar bisa mencapai 10–12 ton per hektar,” ujar Dida saat diskusi publik Peran Industri Sawit dalam Perekonomian Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045, Selasa (4/11).

Dida menekankan bahwa melalui PSR, produktivitas diharapkan bisa naik dua hingga tiga kali lipat dalam empat tahun ke depan. “Tapi kenyataannya, banyak kendala teknis dan finansial yang harus diatasi oleh petani kecil,” katanya.

Selain meningkatkan produksi, PSR juga ditujukan untuk mendukung keberlanjutan industri sawit. Pemerintah memperkuat sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang kini wajib mencakup seluruh rantai industri, dari perkebunan hingga sektor hilir. 

“Bagi pekebun kecil, sertifikasi diberikan masa transisi empat tahun, dan biayanya sepenuhnya ditanggung pemerintah,” terang Dida.

Dida juga menekankan pentingnya keterlacakan dan transparansi data lahan. “Dengan sistem informasi ISPO, setiap lahan yang tersertifikasi dapat diverifikasi bebas dari kawasan hutan dan tumpang tindih. Ini akan menjadi game changer dalam tata kelola sawit di masa mendatang,” ujarnya.

Selain itu, sawit juga menjadi komoditas unggulan dunia karena produktivitasnya yang tinggi dibanding minyak nabati lain seperti bunga matahari atau rapeseed. 

“Sawit adalah pilihan paling berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati global,” kata Dida.

Lebih jauh, Dida melihat peluang besar sawit dalam ekonomi hijau, mulai dari biofuel, biogas, hingga produk turunan nonpangan. Saat ini, ada lebih dari 200 produk turunan sawit yang sudah dikomersialisasikan, dan sekitar 40 persen kandungan biodiesel yang digunakan masyarakat berasal dari sawit.

Meski janji produktivitas dua kali lipat terdengar menggoda, Dida menegaskan bahwa keberhasilan PSR sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan petani. 

“Kalau salah satu pihak tidak maksimal, hasilnya akan jauh dari target,” pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :