Berita / Iptek /
Peneliti Unpad Racik Limbah Batu Bara, Sawit, dan Peternakan Menjadi Biogas
Ellin Harlia, Peneliti Unpad. foto: ist.
Bandung, elaeis.co - Peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad), Ellin Harlia, mengembangkan riset untuk mengatasi tiga jenis limbah, yakni batu bara, sawit, dan peternakan, untuk membantu menekan pemanasan global.
Lewat risetnya, limbah-limbah itu diolah menjadi energi alternatif berupa biogas. Biogas ini bisa dipakai sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
Ide melakukan riset memanfaatkan limbah batu bara muncul saat melihat banyaknya lignite atau batu bara muda di lokasi penambangan. Para penambang tidak menggunakannya sehingga lignite dibiarkan di tempat terbuka dan menjadi limbah.
Menurut Ellin, lignite dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyimpan gas metana dari feses atau kotoran ternak.
“Ketika batu bara dan kotoran ternak dicampur, urin dan feses akan mengalir ke dalam pori-pori batu bara. Pori-pori ini dapat menyimpan bakteri, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk memperpanjang produksi gas metana. Gas metana yang tersimpan inilah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yakni biogas,” jelasnya dalam keterangan resmi Unpad dikutip Senin (27/10).
Awalnya Ellin hendak merealisasikan idenya itu langsung di tambang batu bara pada tahun 2020. Namun karena pandemi melanda, akhirnya ia terapkan inovasinya tersebut pada skala yang lebih kecil dengan bantuan rekannya dalam menyuplai batu bara.
Pada prosesnya, feses kerbau dicampur dengan batu bara lalu dikeringkan dengan serangkaian tahapan sampai menjadi sumber energi berbentuk blok sehingga dinamakanlah produk tersebut dengan bioblock.
Bentuk bioblock ini menyerupai balok dan memiliki tekstur yang keras, padat, kering, dan tidak berbau.
Bioblock dapat digunakan sebagai sumber substrat maupun konsorsium mikroba dalam menghasilkan energi gas metana. Kini, Bioblock sudah mendapatkan paten.
Selesai dengan batu bara, Ellin lantas beralih ke limbah kelapa sawit dengan mengaplikasikannya pada limbah padat industri peternakan, yakni endapan susu. Limbah kelapa sawit yang digunakan seperti tandan kosong, limbah cair atau POME, dan palm press fiber atau ampas kelapa sawit.
Proses anaerobic digester memungkinkan pencampuran senyawa kompleks dalam kedua limbah tersebut dapat menghasilkan biogas sebagai sumber alternatif. “Jadi dalam jumlah besar kami manfaatkan untuk subsides biogas karena dia menjadi sumber serat untuk biogas di peternakan,” ungkapnya.
Kedua inovasi ini menjadi jawaban atas keluhan masyarakat akibat bau dari limbah ternak yang basah dan berbau. “Kita berharap energi alternatif yang bersih ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga mengurangi biaya membeli gas,” tukasnya.
Saat ini Ellin dan rekannya dari Hohenheim University dan Universitas Sains Malaysia tengah mengembangkan dan merancang pengemasan berbentuk portable untuk bioblock dan biogas agar dapat digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-harinya seperti memasak. Kemasan portable ini juga diharapkan dapat menjangkau warga di daerah terpencil.
Ellin berharap bisa mengembangkan riset inovasi prototype biogasnya tersebut agar dapat mewujudkan tujuannya dalam menjaga pelestarian lingkungan.
Tujuan lain yang paling signifikan bagi Ellin Harlia adalah untuk mengurangi gas rumah kaca yang menjadi penyumbang terbesar pemanasan global.
“Sebetulnya ini adalah program pelestarian lingkungan. Limbah peternakan kan dituding bisa merusak lingkungan kalau masuk ke sungai. Tapi dengan cara kita mengolah ini, ada 3R, mengurangi, kita lakukan daur ulang, kemudian kita gunakan. Selain menyelamatkan air, kita juga menyelamatkan tanah,” pungkasnya.







Komentar Via Facebook :