Berita / Nasional /
Pemerintah Kebut Hilirisasi Sawit demi Implementasi Biofuel Semester II/2026
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Nusa Dua, elaeis.co – Pemerintah tancap gas menyiapkan hilirisasi sawit tahap lanjut untuk mendukung implementasi biofuel pada Semester II/2026, langkah strategis menuju kemandirian energi hijau nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa hilirisasi sawit akan menjadi kunci utama dalam pengembangan energi terbarukan nasional.
“Program biodiesel kita merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Pemerintah akan mulai menerapkan biofueling tahun depan pada semester kedua,” ujarnya dalam ajang 21st Indonesian Palm Oil Conference and 2026 Price Outlook (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (13/11).
Airlangga menambahkan, sawit tetap menjadi pilar ekonomi penting Indonesia. Sepanjang Januari–September 2025, ekspor minyak sawit nasional mencapai 28,55 juta ton, naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
India dan China tercatat sebagai pembeli terbesar, sementara Jepang dan Selandia Baru menjadi pasar potensial untuk produk turunan non-minyak sawit.
Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) juga terpantau stabil di kisaran Rp3.000 per kilogram, yang menurut Airlangga memberikan dampak positif bagi petani kecil di sektor perkebunan.
Untuk menjaga keberlanjutan industri, pemerintah memperkuat penerapan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) agar sesuai dengan standar lingkungan global.
Pemerintah kini tengah menyiapkan sistem informasi ISPO yang mengintegrasikan data kualifikasi, sertifikasi, hingga rantai perdagangan guna meningkatkan transparansi dan pelacakan produk secara real-time.
Selain biofuel, Airlangga menyebut pemanfaatan limbah sawit juga menjadi fokus pemerintah.
“Emisi gas rumah kaca kita telah berkurang sekitar 41,46 juta ton CO₂ ekuivalen. Ke depan, limbah sawit akan digunakan untuk irigasi berkelanjutan dan bahan bakar alternatif,” jelasnya.
Pemerintah juga tengah mengkaji penambahan pasokan sawit seiring rencana peningkatan campuran biodiesel dari B40 menjadi B50 pada 2026. Upaya ini sejalan dengan target menghentikan impor BBM jenis solar dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Airlangga menegaskan, hilirisasi sawit bukan hanya soal ekspor bahan mentah, tetapi tentang menciptakan nilai tambah.
“Kami ingin meningkatkan produksi, membuka lapangan kerja baru, dan memperkuat industri nasional,” tutupnya.







Komentar Via Facebook :